Selasa, 30 November 2010

Bukan Barca vs Madrid, Tetapi DIRI vs SYETAN (El Classico)

Jam 02.30 alarmku berbunyi dengan gagahnya. Dua Handphone bersahut-sahutan. Sengaja ku set alarm lebih pagi. Seperti kebanyakan orang, Real Madrid vs Barcelona adalah tujuannya.
Duel el classico memang fenomenal.

Perseteruan abadi dua musuh bebuyutan di kancah liga Champions. Dua tim terbaik berhadapan bukan sekedar demi title, tetapi lebih ke gengsi dan eksistensi.
Jutaan mata seluruh dunia tertuju di Santiago Barnebue, tak terkecuali kita. Oarang-orang Indonesia yang mengaku sebagai penikmat sepakbola, sebagai suporter dan fans fanatik madrid ataupun barca.

Ejekan, cemoohan, dan saling serang mewarnai obrolan antar supporter di warung-warung, di dunia maya, dan di setiap pembicaraan yang mereka lakukan.
………………………………………..
……………………………………….
Dan akhirnya, Barcelonalah bintangnya. Mengubur Real Madrid dengan 2 gol tak terbalas.  diawali kartu merah menyakitkan disusul diusirnya sang entrenador.
Kecewa, sedih, itulah mungkin yang dirasakan pemain Madrid, begitu pula dengan fans fanatiknya.
Dan suka cita mewarnai hari pemain dan supporter Barca.

El Classico yang luar biasa………
El calssico yang mempesona………..
Duel seru abadi yang selalu dinanti,
Dan sang pemenang akan tegak mengangkat kepala menyambut dunia.
………………………………………………
………………………………………………
Tapi itu adalah el classico di ranah Eropa.
Di saat bersamaan juga berlangsung duel seru bertajuk El Classico antara dua musuh bebuyutan.
Bukan di spanyol, bukan di inggris, bukan di Italia, tetapi duel El Classico di dalam diri kita masing-masing.

Pertarungan antara dua musuh bebuyutan, jiwa suci manusia melawan nafsu godaan syetan.
Sadarkah Kita???
Bahwa ternyata di dalam diri kita juga ada duel seru. Bahkan lebih seru dari pada pertandingan Barca vs Madrid yang kita tonton.

Mungkin banyak yang tidak sadar, karena ini memang hal yang tak nampak mata.
Tapi ini nyata dan terjadi.

Dan tahukah kita, apa yang terjadi????
Ternyata malam ini syetan mendulang banyak kemenangan.
Kalau Barca Cuma mencetak 2 gol, kali ini syetan jauh lebih banyak yang berhasil dia sesatkan.
Banyak yang tak peduli lagi dengan sholat shubuhnya,

Alsan ngantuk lah, ketiduranlah, kelupaanlah, dan alasan lain yang dibuat-buat itu adalah bukti kemenangan besar yang diraih syetan.
……………………………………………..
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
(QS. Maryam : 59)
………………………………………………
Beruntung yang masih sempat melaksanakan sholat shubuh, tetapi mereka agak kesiangan. Dan mereka mengabaikan lantunan indah ajakan menuju limpahan pahala, yaitu panggilan adzan.

dan hal ini bukan cuma sekali dua kali terjadi pada kita.
hampir ketika ada Big match pertandingan sepak bola, godaan syetan selalu datang.

Kita lebih memilih untuk tetap duduk di depan layar kaca menunggu aksi-aksi bintang lapangan.
Kita lebih memilih mendekap selimut sembari menatap TV menunggu gol-gol selanjutnya.
Saat itu sebenarnya diri kita sudah bangun, diri kita mendengar adzan,dan diri kita mampu untuk memenuhi panggilan adzan itu,

tetapi syetan telah memenangkan pertarungan itu. Syetan berhasil ,menyekap kita untuk tetap tinggal di rumah. Tak menghiraukan panggilan adzan yang wajib kita penuhi (bagi laki2 tentunya).
……………………………………………………………
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak”
[HR Al-Bukhari dan Muslim]

”Sungguh saya ingin memerintahkan para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar yang banyak, kemudiaan saya akan mendatangi orang-orang yang shalat dirumahnya tanpa udzur dan saya bakar rumah-rumah mereka.”
(HR. Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi).
……………………………………………………………
Beruntung sekali jika ada yang rela meninggalkan sejenak untuk meninggalkan pertandingan bola untuk mendatangi masjid-masjid Allah, tetapi kita telah melewatkan rangkaian indah ibadah sunnah yang menyertainya. Kita lewatkan sholan sunnah Qobliyahnya. Kenapa??

Karena kita datang ke masjid nunggu iqamat dulu. “sayang ninggalin ni pertandingan bola. Lagi seru-serunya.”
Dan dzikir ba’da sholatpun seolah terlupakan. Begitu salam, langsung cabut pulang ke rumah, menuju depan layar TV kembali.

Dan ternyat kitapun juga melewatkan waktu luar biasa yang disediakan Allah bagi hambanya untuk berduaan dengan Sang Maha Kuasa.
…………………………………….
“Tuhan kita Yang Maha Suci lagi Maha Luhur setiap malam turun ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga terakhir. Dia berfirman: Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan kabulkan permohonannya. Dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya”
(HR. Muslim)
………………………………………
Waktu sepertiga malam kita habiskan hanya memelototi TV sambil sekali-kali bersorak.
Kita lupa kalau saat-saat itu adalah saat mustajab,

Betapa bahagianya syetan saat ini.
Kemenangan besar mereka raih.
Kesuksesan besar mereka dapatkan,

Disisi lain, kita sebagai manusia kalah telak di el classico ini.
Kita hancur digoda dan dijerumuskan syetan.

Normalnya, jika seseorang itu kalah atau rugi, mereka akan menyesal, sedih, dan intrtospeksi.
Tetapi untuk hal ini sungguh aneh sekali.
Banyak manusia yang telah dikalahkan syetan, tetapi tak ada penyesalan dalam diri kita.
Tak ada rasa sedih yang kita rasakan,
Dan tak ada upaya introspeksi yang kita upayakan.

Apakah sudah sebegitu parahnya kah diri kita??
Apakah sudah sebegitu berkaratnya hati ini??
Sehingga susah sekali cahaya hidayah masuk dalam lubuk hati.

Ketahuilah bahwa syetan itu musuh yang nyata bagi kita, manusia.
Dan syetan itu adalah meakhluk yang lemah.
Trus kenapa kita bisa kalah dengan makhluk lemah bernama syetan?????
Jawabannya, karena diri kita lebih lemah dari syetan

Syetan berhasil menggoda dan menjeruskan manusia buakn karena syetannya yang kuat, tetapi karena manusianyalah yang lemah.
Jadi kekalahan kita dalam duel melawan syetan adalah karena kesalahan kita sendiri.

Mari saudaraku,
Duel dengan musuh abadi masih sangat panjang dan terus berlanjut, kita sadari maupun tidak
Segera ambil langkah nyata, jangan sampai kita menjadi bulan-bulanan syetan lagi.
Jangan biarkan syetan tertawa diatas kubangan dosa yang kita lakuakan
Jangan biarkan syetan berpesta atas kewajiaban yang kita lalaikan.

Bangkit dan perbaiki diri.
Duel el classico selanjutnya sudah menanti……
Diri kita vs syetan…………
Dan pastikan kitalah yang MENANG


A’udzubillhi minassyaithonirrojim
Bismillah……………….






#pagi yang indah di laut utara jakarta#

Read More......

Senin, 29 November 2010

Pilih yang baru atau yang bekas ????

Ketika kau diminta untuk memilih sebuah laptop, dihadapanmu diletakkan sebuah laptop baru full orisinil dan sebuah laptop second.
Mana yang kamu pilih??
Hampir semua orang akan memilih laptop baru.

Setelah makan di sebuah rumah makan, untuk membersihkan sisa makanan yang ada di sekitar mulut tentu kau akan mengambil tisyu baru. Kau takkan mau untuk menggunakan tisyu bekas yang telah dipakai orang lain, walaupun bekas dipakai keluarga atau sahabatmu sendiri.

Barang baru itu harganya lebih mahal dari pada barang bekas,
Barang baru itu lebih nyaman dan memuaskan digunakan dari pada barang second,

Intinya, barang baru itu kualitas dan keasliannya masih terjamin,
sedangkan barang bekas, banyak keraguan dan kekurangan dalam penggunaannya.
ada lecet dan ada yang lecet.

Begitu pula yang terjadi dalam kehidupan, terutama kehidupan remaja.
Begitu banyak dari kita yang bangga karena telah berhasil mengikat tali kasih, yang sering mereka sebut dengan ”pacaran”.
Bahkan ada yang dengan bangga menceritakan kisahnya gonta ganti pacar.

Baik laki-laki maupun perempuan, semua sama.
Bangga akan kisah cinta yang mereka bangun. Walaupun kisah cinta semu yang tak punya dasar untuk berpijak.
Jalinan kasih yang hanya didorong oleh nafsu.
Ikatan hati sebagai cerminan dorongan syahwat.

Dengan alasan untuk saling mengenal,
Dengan alasan untuk bisa mengetahui sifat dan hati masing-masing,
Dengan dalih agar tidak salah memilih,

Mereka bergolak dengan nuansa nafsu yang bagi mereka katanya membahagiakan.
Padahal belum tentu yang menjadi pacar mereka saat ini kelak akan menjadi pasangan hidup mereka.

Dari Cuma sekedar ngobrol, curhat, gandengan tangan , berpelukan, ciuman, hingga hal-hal terlarang sangat memungkinkan terjadi dalam hubungan ini.

Sebuah gerbang sebagai awal terjadinya zina.
Sebuah pintu yang digunakan syetan untuk menjerumuskan manusia.
Dan anehnya, banyak dari kita yang merasa senang dan terbuai dengan kondisi ini.

Disisi lain, ada remaja yanng berusaha menjaga diri mereka.
Menundukkan pandangan,
Menutupi bagian tubuh yang semestinya ditutupi,
Dan berusaha menghindari hal-hal yang dilarang.

Tetapi anehnya, masyarakat menganggapnya jadul, kuno, ketinggalan zaman, atau julukan apalah itu.
Mereka sering diolok-olok bahwa mereka ga laku, anak itu ga gaul.
Bahkan keluarganya sendiripun mendorong remaja yang berusaha menjaga diri inipun untuk mengikuti kemauan masyarakat awam.

Ada orang tua yang khawatir, kok anaknya ga pernah pacaran.
Kok malam minggu anaknya ga pernah pergi apel keluar, dan sebagainya.

Padahal bukan seperti itu sebenarnya mereka,
Mereka bukan seperti yang masyarakat awam kira.

Bukannya mereka tidak laku, tetapi mereka menjaga diri.
Bukannya tak ada yang tertarik dengan mereka, tetapi mereka memberikan batasan-batasan dalam berhubungan,
Bukannya mereka kuno, tetapi merekalah yang lebih menghargai kualitas diri.
Dan mereka ingin menjaga diri dan juga menjaga orang lain.

..............................

Coba kita kembali ke bagian awal..........
Sekali lagi, Jika disuruh memilih antara barang baru dan barang bekas, Anda memilih yang mana????

Bisa dianalogikan bahwa pria/wanita yang sudah berpacaran adalah mereka yang sudah terjamah, mereka yang sudah pernah dipakai orang lain.

Sedangkan remaja baik laki-laki maupun perempuan yang menjaga diri adalah mereka yang masih orisinil, mereka yang masih dalam kualitas garansi. Dan mereka adalah barang baru.

Kalau sudah seperti ini, Anda memilih barang baru atau barang bekas???

Dan pilihan anda adalah cerminan keadaaan anda sendiri.


Annur 26

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).....................





#just my opinion#

Read More......

ketika gadget dan dunia maya terasa lebih nyaman


Ketika baru bangun dari tidur saat mata belum penuh terbuka, saat kesadaran masih belum sempurna, Handphone menjadi pencarian pertama.
Entah itu ngecek SMS, buka email, ataupun langsung online.
Ketika sedang dalam antrian panjang, handphone menjadi pilihan utama. Menemani di kala penantian,

Ketika dalam perjalanan, handphone berhasil mengusir kebosanan,
Ketika sedang menunggu seseorang, handphone menjadi teman yang selalu tepat waktu.

Bahkan
ketika kita sedang berkumpul dengan teman atau keluarga, handphone tetap menjadi prioritas utama. Ngobrol dengan teman atau keluarga seperlunya, langsung tangan aktif menjamah tombol-tombol keypad, Sibuk dalam kesendirian, Seolah dia lupa bahwa teman/ keluarga kangen padanya.
 Dan dia lupa bahwa kesempatan berkumpul dengan keluarga adalah hal yang sangat langka (nasib anak perantauan yang jarang pulang kampung)

ketika dalam suatu kajian, berkali-kali kita tengok handphone kecil yang kita bawa. seolah ada dua fokus dalam pikiran, disatu sisi ingin mendengarkan Tausyah, tetapi disisi lain nafsu berselancar dalam dunia maya selalu menggoda.

ketika dalam kelas, pelajaran yang disampaikan guru tak didengarkan. Siswa lebih asyik dengan handphone yang dibawa. Ngobrol dengan teman lewat alam maya lebih mengasyikkan dari pada suara bapak guru yang membosankan. Mungkin itu yang ada dalam pikiran pelajar/mahasiswa.

Dari bangun tidur sampai tidur lagi, handphone menjadi pendamping setia.

Ada rasa aneh ketika dalam sehari kita tidak menggunakan handphone itu.
Ada hal yang kurang tatkala dalam sehari tak kita tengok layar kecil itu.
Tangan merasa gatal kalau sehari tak memencet keypad kesayangan.

Secara tidak sadar handphone telah kita jadikan teman paling dekat dan sahabat paling setia dalam berbagai keadaan kita.

Dalam bahagia dia mendampingi,
Dalam sedih dia tak pernah pergi.
Dalam sepi dia mewarnai,
Dalam bosan dia menemani,

Seakan-akan handphone adalah bagian tak terpisahkan dari diri. Dan memang seperti itulah fenomena yang terjadi.

Ketika Handphone menjadi candu......

Handphone/gadget adalah sebuah fenomena,
Handphone adalah sebuah kebutuhan
Awalnya adalah barang mewah, kini hampir setiap orang menentengnya.
Handphone sudah menjadi kebutuhan primer setiap insan.
Telepon, sms, chatting, Facebook, twitter, blogging, BBM.... semua bisa dilakukan dari alat kecil ini.

Di satu sisi handphone membantu kita berkomunikasi dengan teman, saudara, dan keluarga yang terpisah karena jarak,
Melalui gadget ini, kita mengetahui berbagai kabar dari berbagai belahan dunia,
Dan masih banyak lagi fungsi luar biasa yang ditawarkan,

Tetapi di sisi lain,
Handphone juga bisa merenggangkan silaturahim kita,

Banyak orang jadi “autis”, lebih senang dalam kesendirian dengan ditemani gadget ini dari pada berkumpul dengan teman-temannya,
Banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar dari pada berkumpul dengan sesama manusia yang nyata.
Banyak orang yang lebih individualistis, karena jarang bersosialisasi dengan tetangga tetangganya.

Dan akhirnya banyak orang yang tidak PeDe bertemu manusia nyata, karena mereka telah terbiasa berbincang dengan manusia dalam dunia maya.
Handphone, BB, I phone, I pad, smartphone dan gadget lainnya memang keren abiss.
Seolah tak ada jarak antar manusia. Semua bisa bertemu, ngobrol, besosialisasi melalui perangkat tersebut.

Gadget-gadget itu memang luar biasa,
Tapi itu hanyalah sekedar alat untuk mendukung kehidupan manusia.
Jangan sampai barang-barang menjadi candu.
Pakailah Handphone, dengan seperlunya,
Gunakan handphone sebagaimana mestinya.

Keaktifan kita di dunia maya, jangan menghalangi kita untuk bersosiallisasi di alam nyata.
Kesempurnaan diri yang kita ciptakan di alam maya, mari kita tunjukkan dan kita aplikasikan di alam nyata.

Jangan hanya menjadi super hero di bumi maya, tetapi menjadi penakut tatkala berhadapan dengan manusia.

Jangan hanya menjadi ustadz di alam maya, tetapi melempem amal ibadahnya di alam sebenarnya.

Jangan hanya menjadi `orang yang mudah bergaul di dunia maya, tetapi susah berkomunikasi ketika bertemu sesama di dunia nyata.

Jangan hanya mempercantik profil diri di dunia maya, tetapi tak punya harga diri ketika menjadi manusia sebenarnya.

Jangan hanya terlihat sempurna dalam alam maya, tetapi tak berdaya menghadapi ujian dan cobaan di alam nyata.

Apa yang kau lihat dan kau kenal melalui dunia maya belum tentu serupa dengan karakter asli ketika dia menjadi manusia sebenarnya.

Mari saudaraku, jadilah manusia yang seutuhnya.
Manusia sebenarnya yang menjadi diri sendiri di alam nyata, bukan sekedar pandai berbasa basi di dunia maya,

Mari lihat diri kita,
Kaki masih menginjak bumi, langit masih menaungi diri.
Dan Dunia kita adalah dunia nyata,

Jangan jadikan gadget sebagai candu,
Jangan hanya hidup di dunia maya,
Sinkronkan dunia maya dengan dunia nyata,
Dan apa yang kita sampaikan di dunia maya, aplikasikan di dunia nyata.

Karena kita adalah manusia.
Jujurlah pada diri sendiri dimanapun kita berada.



#Sebuah nasihat kepada diri sendiri yang terindikasi gejala kecanduan gadget#

Read More......

Jumat, 26 November 2010

Uang ga jelas itu memang selalu menyengsarakan. ........Percaya ga???

Kejadian yang takkan pernah dilupakannya.
Empat hari yang sungguh aneh.

Coba bayangkan dalam empat hari dua kali ganti ban dalam,empat kali ban kempes, sekali service besar, sekali ganti ban luar.

Gini ceritanya……….
Jumat sore jam 4 niat bolos kantor dulu. Pulang lebih awal karena mau ada acara lain. Tanpa izin dan diam-diam langsung deh meninggalkan kantor.
Sepeda motor sudah dihadapannya, dan ternyata ban belakang kempes.
Alhamdulillah, 1 kilometer jalan menuntun sepeda motor diantara truk kontainer dan dihiasi debu-debu jalanan pelabuhan.
Mantaplah…….

Ternyata ban dalamnya lebih parah dari sekedar bocor. Ada yang sobek didekat lubang pompa.
Ya, terpaksa harus ganti.
Pengennya pulang lebih cepet karena udah ada janji, eh ternyata sama aja. Hampir jam 5 sore prosesi perbaikan ban baru selesai.

………………………………..

Langsung cabut ke lokasi.
Jumat sore, seperti biasa. Jakarta ditemani macet yang lumayan panjaaaaang banget.
……………………………..
Alhamdulillah setelah nyampai lokasi, ternyata teman2 lain pada belum datang.
Ya udah nunggu 1 jam deh…….
………………………………
Setelah selesai kerjaan itu, dia harus balik ke kantor.
Kenapa??
Karena tadi dia belum absen sore (kan dia pulang lebih awal, bahasa kerenya sih….BOLOS…)
Di tengah kelaparan dan badan lemes dia paksakan ke kantor.
Dia juga mau belajar karena esoknya ada UTS di kampusnya.
Oke….lets go……
…………………………………….
………………………………………
Sabtu pagi, 
dia ternyata mendapat jatah piket kantor.
“wah, gimana ni. Pagi ada amanah di sebuah smp di jakarta timur, agak siang ada UTS. Dan harus piket juga” Gumamnya
Di pikirannya langsung mengutak-atik rencana.
Akhirnya dia putuskan.
Mumpung masih di kantor, mending absen dulu.
Lalu pulang, bersih-bersih, langsung ngajar di SMP, lanjut ke kampus buat UTS.
………………………………
Semua pun berjalan lancar.
……………………………….
Tibalah saatnya habis dzuhur untuk segera kembali ke kantor.
Keluarlah dia dari rumah kosnya.

Ya Allah, didapatinya ban belakang motor kempes lagi.
Ya udah dituntunnya lagi sepeda motor itu dibawah teriknya matahari di tengah hari.
Biarlah sang tukang tambal ban mengurusi ban dalam itu, sementara dia mampir ke warung untuk memenuhi hajat perutnya.
……………………………………….

Saatnya kembali ke kantor menunaikan kewajiban.
Sebenarnya diapun sadar kalau hari itu dia membolos lagi dan tidak izin pula.
Dia absen jam 6 pagi, padahal realitanya dia baru stand by di kantor jam 2 siang.
jadi sekian jam dia dibayar padahal fisiknya tidak ada di kantor.
“ah, ga apa-apa. Kan Cuma sekali-kali aja.” Pikirnya.
……………………………………………

Kali ini dia sengaja pulang setelah piket di kantor agak malam. Habis sholat maghrib dia baru pulang.
Disela-sela gerimis, dia tetap menyusuri aspal yang telah basah.
Karena habis isya dia ada jadwal ngaji.

Baru 2 kilometer dari kantor, tiba-tiba ban belakangnya oleng.
Ternyata ban belakang kempes. Ya udah dituntun lagi itu motor nyari tukang tambal ban.
Dapatlah tukang tambal ban. Setelah dicek ada dua lubang bocor.
Menunggu lagi, sambil meratapi nasib.
Motor beres, kembali jalan…….

Empat kilometer jalan, eh, ban belakan oleng lagi.
Apakah kempes lagi????
Anda benar. Ban belakang kempes.
Dan lagi-lagi harus menuntun itu motor di tengah air yang turun dari langit.
Dan kemacetan yang didominasi truk-truk kontainer besar.
Dapatlah tukang ban ban. Nunggunya lamaaaaaa banget.
Dan adzan isya pun terlewati. Gagal deh ikut isya berjamaah. Sebuah kerugian luar biasa.

Diceklah ban itu, dan ternyata bukan lubang bocor yang ditemui.
Seperti kasus pertama, ada yang sobek di sekat lubang pompa. Dan terpaksa harus ganti ban dalam baru untuk kedua kalinya.

“ya udah bang, diganti aja.”
Dan bereslah sesi itu.
Perjalanan dilanjutkan.
Acara malam itupun terselesaikan. Walaupun badan sangat capet, kusut, dan semangat hilang entah kemana.
………………………………………
Karena ga mau musibah ban belakang berkelanjutan, akhirnya dibawalah motor itu ke bengkel.
Awalnya Cuma pengen service biasa, ganti oli ma ganti ban luar belakang.
Eh, ternyata masalah merembet kemana-mana. Jadilah service besar pada motor. Lumayan juga biayanya.
………………………………..
Hatipun sedikit lega. Dan berharap motor udah sehat kembali.

Senin pagi.
Pagi yang indah, keluarlah dia menghirup udara segar di depan rumah kosnya.
Matanya menerawang sudut-sudut rumah.
Kaget dia mendapati ban belakang motornya kembali kempes.

“kan ban dalam baru, ban luarpun juga baru, bahkan udah diservice pula. Kenapa lagi ban ini bisa kempes?” tanyanya dalam hati.
Terpaksa dia pinjam motor temannya untuk keperluannya.
Karena harus ngantor pagi, dibiarkannya motor itu di rumah, masih dalam keadaan kempes.


Selasa pagi
Dengan niat membaja dituntunnya motor ke bengkel. Dan ternyata bengkelnya tutup. Alhamdulillah.
Baliklah dia balik lagi dengan muka yang dipaksakan untuk tersenyum.
Akhirnya dia minta tolong teman kosnya untuk membawa motor itu ke bengkel siang harinya (kebetulan temennya itu ga bekerja, jadi ada di kos)
………………………………..

Hari itu di kantor hatinya gundah.
Bertanya-tanya tentang yang dialaminya beberapa hari ini. Kok aneh banget.
Ada aja masalah yang mengikutinya.

Diapun mulai merenung. Jangan-jangan ada kesalahan yang dia lakukan sampai-sampai Allah menegurnya senegitu kerasnya.
Dlam renungannnya, dia flashback kejadia-kejadian yang telah dilakukannya.

Dia sadar,
Jumat sore dia bolos tanpa izin.
Sabtu pagi dia piket. Dia absen lalu pulang dan baru kembali siang harinya. Dan selama dia tidak berada di kantor itu dia tetap dibayar.

Tersentaklah hatinya.
Jangan-jangan ini yang nyebabin serangkaian hal menyedihkan ini.
Lama juga dia merenung meratapi kesalahannya.

Langsung dihitungnya kira-kira berapa rupiah uang yang tetap dibayar untuknya walaupun dia tidak berada di kantor.
Dapatlah hitungan sekian ratus ribu rupiah.
Langsung tanpa pikir panjang dia keluarkan uang itu, yang kebetulan saat itu ada pengalangan dana untuk suatu musibah bencana.

“ini bukan hakku, yang penting uang ini segera hilang dari gengamanku.”
……………………..
Hatinya lumayan tenang, walaupun masih ada bayang-bayang kesalahan menghantuinya.
Selesai amanah di kantor, pulanglah dia ke rumah.
Sampai dirumah di dapatinya motor udah sehat kembali.
Diapun menghampiri teman yang diminta benerin motor ke bengkel.

“gimana tadi, habis berapa buat motorku?’ tanyanya
“itu nggak bocor kok mas, Cuma kempes aja. Tadi tukang tambal mab sudah ngecek dan ga ada bocornya, akhirnya ya dipompa ja.” Kata temannya.
Kaget pula dia. Bagaimana ceritanya ban motor tiba-tiba kempes tapi nggak bocor????
Bagaimana pula ni ceritanya???
………………………………….
…………………………………
Bisa jadi 4 kali ban kempes, 2 kali ganti ban dalam, lalu ganti ban luar plus service besar itu adalah buah dari harta yang bukan haknya. (gara-gara dia membolos kerja tapi tetep dibayar)
Bisa jadi itu peringatan Allah buatnya

Dan setelah uang yang memang bukan haknya itu dikeluarkan, maka sepeda motor kembali ke kondisi sehat. Bahkan sampai sekarang masih sehat itu sepeda motor.

Dan biaya yang dikeluarkannya jauuuuuuuh lebih besar dari harta “ga jelas” yang diterimanya .
Rugi berkali-kali lipat.

(untuk kasus ini uang itu bahkan belum diterima, karena gajian masih bulan depan. Tapi hukuman Allah sudah ditimpakan)

Susah dijelaskan dengan logika, tapi ini memang masalah keyakinan.

Sekali lagi
harta yang bukan hak kita tak akan pernah memberikan kebahagiaan,
Hanya kesusahan dan kesengsaraan yang akan menimpa.
Yakinlah.

Jadi, masihkah berpikir untuk mendapatkan uang/harta yang buka hak kita????




Astagfirullah aladzimi.....
segera bertaubat

Read More......

Anak Kecil aja bisa. KITA ???

Shubuh pagi itu hampir sama dengan shubuh-shubuh sebelumnya.
Masjid Bitut Taqdis tetap dikunjungi banyak jamaah,
Yang kebanyakan memang jamaah tetap. Orangnya itu-itu aja.
Tak ketinggalan adik2 kecil juga turut memeriahkan pesta pahala pagi hari itu.

Tak seperti ketika maghrib atau isya yang ramai dengan canda tawa mereka. Ketika shubuh adik-adik yang rata-rata masih SD ini begitu tenang.
Mungkin mereka masih ngantuk dan belum banyak bahan untuk bercanda.

“Allahu Akbar” imam memulai sholat berjamaah
Rakaat pertama imam membaca Ar Rohman, jamaah khusyu mengikuti sholat.

Tiba-tiba dri shaf belakang terdengar suara anak kecil yangn mengikuti bacaan Ar Rohman dengan suara agak keras. Bahkan sesekali dia mendahului bacaan imam.
…………………………………………….
Pulang sholat shubuh adik-adik kecil pulang bergerombol,
Sambil bercanda, mereka menyambut pagi dengan ceria.
Tapi ada satu orang yang dengan ceria mendendangkan surat Ar Rohman.

Mungkin dia terinspirasi dari bacaan sholat tadi. Dan dia terus membacanya dengan nada khas anak kecil.
Luar Biasa.
Anak sesusia itu sudah hafal surat Ar Rohman. Dan kemungkinan dia juga hafal surat-surat lain yang agak panjang.
…………………………………………..
…………………………………………..

Malam itu ayah dan anak terlihat di salah satu sudut masjid.
Anak kecil sedang bermanja-manja di pangkuan ayahnya.

Bukan gurauan yang terdengar dari mereka,
Bukan cerita dongeng yang mereka bicarakan,

Tetapi mereka sedang muraja’ah Al Quran.
Adik kecil yang berusia sekitar 7 tahun itudengan lancar mendendangkan juz 1 dari awal sampai akhir. Juga dengan nada khas anak kecil.

Sesekali sang ayah mengoreksi hafalan anaknya.
Sungguh sebuah pemandangan luar biasa malam itu.
………………………………………
……………………………………..
Sejak kecil mereka telah berinteraksi dengan Al Quran, bahkan menghafalkannya.
Bagaimana dengan kita????
Masih ingatkah, kapan terakhir kali Al Quran itu kita baca???

Read More......

Rabu, 24 November 2010

Mahal,....tapi kok rela.....

Suatu pagi seorang ibu dengan pakaian necis keluar dari mobilnya lalu menghampiri penjual gorengan.
“Bang, gorengannya sepuluh ribu aja”. Penjual gorenganpun segera melayani ibu tadi. “Ini Bu, gorengannya”.
“Bang, kok ga di kasih tambahan?” kata ibu tadi
”Masa beli sepuluh ribu tidak ada bonusnya?” lanjut ibu dengan sedikit memaksa
Akhirnya abang penjual gorengan memasukkan dua buah gorengan lagi ke dalam kantong plastik ibu tersebut.

.......................................

Suatu hari ibu tadi bersama anak2nya makan siang di KFC. Mereka makan siang dengan lahap dan nikmatnya. Selesailah acara makan siang mereka dengan gembira. Lalu ibu itu meminta bon. Terpampanglah jumlah Rp 92.000,-. Dikeluarkannya uang Rp 100.000,-. Ketika pelayan mau memberikan uang kembalian, ibu itu berkata, ”Kembaliannya buat Mbak aja.” lalu mereka pulang meninggalkan restoran cepat saji.

......................................
......................................

Di sebuah pasar yang lumayan kurang bagus di pinggiran kota, seorang ibu berkeliling bersama pembantunya. Satu demi satu kios mereka sambangi. Jalan yang becek, bau tak sedap, dan desak-desakan orang mereka lalui. Di setiap kios mereka bertanya tentang harga dan menawar dengan harga yang rendah-rendahnya. Bahkan sering diiringi dengan kata-kata yang merendahkan barang jualan. Selisih harga Rp 500,- aja, bisa-bisa ibu tadi keliling pasar berkali2 untuk cari yang paling murah.

”Masa, jeruk seupil (kecil) aja harganya mahal amat!” kata seorang calon pembeli. Itulah salah satu contoh yang sering terjadi di pasar tradisional tersebut.
Jika penjualnya sedikit cerdas, maka penjual itu akan menjawab,”Jika ibu punya upil segede jeruk ini, saya akan belil dengan harga 10 kali lipat!” (mungkin aja bisa masuk rekor MURI)

.......................................

Pekan depannya, ibu dan pembantunya tadi berbelanja ke supermarket. Mereka berkeliling mencari bahan-bahan yang mereka butuhkan. Di supermarket itu, harga tiap barang sudah tertulis dengan jelas. Jika dilihat-lihat sebagian besar harga di supermarket itu lebih mahal dari pada harga di pasar tradisional.
Tetapi anehnya ibu tadi tidak menawar secara membabi buta seperti yang dia lakukan di pasar tradisional. Bahkan dengan rela hati beliau membayar apa yang beliau beli (walaupun harganya lebih mahal). Jeruk kecilpun (seupil) beliau bayar dengan harga yang lebih mahal.

.........................................
.........................................

Sore itu dipinggir jalan depan Pusdiklat Bea dan Cukai, tampaklah seorang laki-laki dengan serang biru tua sedang menunggu bajai. Tak berapa lama lewatlah bajai pertama.

”Bang, ke jatinegara berapa?”tanya laki-laki itu.
”Biasa pak, Rp 15.000,-.”jawab supir bajai.
”Ah, mahal amat Rp 7.000,- aja.” Tawar laki-laki dengan wajah seilah-olah tak butuh.
”Wah, tidak bisa pak. Rp 10.000, ya!” kata supir bajai lagi.
Akhirnya tidak ditemuilah kesepakatan. Dan berlalulah supir bajai tersebut.

Datanglah bajai kedua. Hasilnya tawar-menawar yang tidak mencapai kesepakatan.
Begitu pula dengan bajai ketiga.

Laki-laki itupun dongkol, karena tidak juga mendapatkan bajai

Lewatlah bajai keempat, tawar-menawarpun terjadi lagi. Tetapi dengan berat hati, laki-laki tersebut menaiki bajai walaupun dengan sedikit tidak rela karena harus membayar Rp 9.000,-
Sesampai di jatinegara, laki-laki tadi membayar dengan uang Rp 10.000,-.

Ternyata tukang bajai itu tidak punya uang kembalian. Dengan teguh, laki-laki tadi menunggu supir bajai menukar uang untuk memberikan kembalian sebesar Rp 1000,-. Dan berpisahlah mereka berdua dengan kesan masing-masing.

.......................................

Pekan depannya, laki-laki tadi juga ingin pergi jatinegara lagi. Seperti biasa, dia menunggu di depan Pusdiklat Bea dan Cukai. Kali ini dia bersama teman kantornya.
Laki-laki itu langsung mendatangi sebuah taksi yang sedang parkir di ujung jalan.

“Pak, ke Jatinegara” kata laki-laki itu pada supir taksi.
Melajulah taksi itu dengan santai, karena jalanan yang lumayan padat.
Akhirnya sampailah taksi itu di depan Stasiun Jatinegara.
Di argometer terlihat jelas angka Rp 22.000,-.
Laki-laki itu mengeluarkan uang Rp 25.000,- lalu memberikannya pada supir taksi.
”Udah Pak, kembaliannya ambil aja.”
Berpisahlah mereka di keramaian jalanan Jatinegara.

................................
................................
................................

Pernahkah kita mengalaminya????
Manakah sebenarnya yang harus kita prioritaskan ???

Read More......

Harta haram ga akan pernah menguntungkan

Tubuhnya masih lemas, terbaring di ruang ICU. Sudah lebih dari satu pekan dia terbaring sakit. Keluhan utamanya ada di perut.
Masuk rumah sakit 3 hari lalu. Dokterpun mengatakan bahwa dia sudah sembuh, lalu pulanglah dia ke rumah.

Di rumah kambuh lagi, akhirnya diantar masuk rumah sakit yang lebih bagus.
Dan dengan dorongan keluarganya, akhirnya tubuhnya di check menyeluruh di sebuah lab.

Betapa terkejutnya dia setelah divonis menderita usus buntu akut dan harus segera operasi.
Setelah konsultasi dengan keluarga, esok harinya langsung operasi dilakukan.
Alhamdulillah operasi berjalan lancar, tapi yang lebih mengejutkan ternyata selain usus buntu akut juga terdapat penyakit lain yang diam di kandungannya. Ada daging tumbuh disana. Entah dari mana asalnya.

Diapun juga sempat bingung. Padahal selama ini baik-baik saja dan tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan itu.
Akhirnya dua penyakit itu berhasil diangkat dari tubuhnya.
Kini dia masih tergolek lemas menunggu proses pemulihan.
……………………………………………………………….
Dalam hati dia bertanya-tanya,
“kok tiba-tiba bisa sakit seperti ini ya?”
Kenapa ini???
…………………………………………….
Belum lama keluarga itu baru selesai membangun rumah, sehingga tabungan habis untuk rumah itu. Karena mereka juga keluarga sederhana.
Dan sebagian biaya rumah itu juga dari pinjaman di bank. Sehingga gaji per bulannya terpaksa dipotong untuk mencicil pinjaman tersebut.

Dan ketika kondisi demikian, Allah memberikan sakit yang cukup parah dan perlu banyak biaya.
Sungguh tepat waktunya, disaat kondisi keuangan kurang baik, musibah datang dengan tiba-tiba.
Sungguh indah rencana Allah menegur hambaNya
…………………………………………..
Ketika mencoba menyelami lebih mendalam, ternyata sungguh Allah Maha Adil.

Suami wanita itu dulu adalah seorang pegawai di dinas kehutanan. Dia adalah seorang pejabat yang bertugas mengawasi kayu-kayu tebangan.
Sebenarnya suaminya itu terkenal jujur di kalangan pegawai di kantornya.
Bahkan di kantornya si suami ini punya banyak musuh karena dia tidak mau “memainkan” proyek-proyek. Dan sering menolak untuk diajak “tidak benar”.

Tetapi kadang dia juga masih menerima pemberian-pemberian dari stake holder.
"sedikit aja kok, kan temen2 juga gitu." mungkin itu dalam pikirnya

Kadang pula ada pimpinan pabrik kayu sering main ke rumahnya. Dan tak jarang pula rupiah mengalir ke kantongnya.
Jumlahnya tidak banyak dan juga tidak sering.

Alasan dia menerima pemberian stake holder itu karena dia merasa bahwa uang itu adalah ucapan terima kasih karena telah membantu menyelesaikan proses kayu. Dan menurutnya Uang itu jumlahnya juga tidak banyak.
Dan memang jumlahnya sangat jauh lebih sedikit dari pada yang diterima teman-teman kerja di kantornya.
………………………………………
Walaupun sedikit, tetep aja itu uang yang bukan haknya.
………………………………………

Trus apa hubungan dua penggalan kisah diatas??

Kalau kita sedikit jeli, sangat erat hubungannya.
Bisa jadi sakit yang diderita istri adalah buah dari uang pemberian suami.
Bisa jadi appendix yang membusuk itu adalah hasil dari harta haram/subhat yang dimakannya.
Bisa jadi daging yang tumbuh dalam rahim itu adalah tumpukan makanan yang berasal dari uang ga jelas.
…………………………………….
Itulah Maha Kuasanya Allah, bahwa harta yang bukan hak kita juga tidak akan menguntungkan kita.
Yang ada hanyalah merugikan saja, baik di dunia maupun di akhirat.

Bahkan jumlah pengorbanan yang mereka keluarkan untuk mengobati penyakit itu jauh lebih besar dari pada uang “ga jelas” yang diterima.
……………………………………
Dan Alhamdulillah, Allah masih sayang pada keluarga itu. Daging yang tumbuh dari harta haram itu bisa diangkat dari tubuh.

Betapa luar biasa, daging dari harta bersih tidak mau menerima/bercampur dengan daging dari harta kotor. Sehingga daging kotor itu menggumpal dan jadilah penyakit.

Semoga sakit tersebut merupakan cara Allah untuk membersihkannya dari harta haram.
Semoga sakit tersebut merupakan cara Allah untuk menggugurkan dosa-dosanya,
Dan Semoga sakit tersebut merupakan cara Allah untuk menyadarkan kita semua.
……………………………………

Trus, apa yang bisa kita ambil dari kisah nyata diatas????

Bahwa harta haram tak pernah menguntungkan kita.
Harta haram PASTI merugikan kita.

Bisa jadi, yang kena musibah/azab bukan kita (pelaku)
Tapi balasan itu bisa menimpa istri, anak,orang tua, barang-barang, maupun kehidupan keluarga kita.
apa kita tega kalau orang-orang yang kita sayangi menderita gara-gara ulah diri kita????

Keluarga tidak bahagia
Istri yang tidak amanah,
Anak yang bandel,
Kesehatan yang sering terganggu,
Kendaraan yang sering rusak,
Uang masuk dan cepat sekali keluar…..
Barang/uang sering hilang…..

Pernahkah kita mengnalami hal diatas???

mungkin itu karena salah kita sendiri

Bisa jadi ada harta haram dalam kekayaan kita
Bisa jadi ada uang haram yang kita gunakan (untuk liburan, beli barang, hiburan, dll)
Bisa jadi ada harta tidak jelas masuk perut kita

Sedikit atau banyak………..tetap saja haram.

Dan harta haram adalah sumber masalah.
………………………………..

Jadi, masihkan ada keinginan untuk mendapatkan uang yang bukan hak kita?????

Read More......

Selasa, 23 November 2010

keluarga kecil di dalam kereta

Tidur pulas…..
Itu hal yang tertancap di pikiranku ketika mau naik kereta Senja Solo. Maklum diriku berpikiran demikian, karena seharian penuh ini full kegiatan dan belum istirahat.

Jadi 12 jam kedepan akan kumanfaatkan dengan istirahat di kereta. Walaupun ujung-ujungnya tetep aja ada rasa capek karena perjalanan.

Malampun semakin larut, deru kereta semakin kencang meninggalkan ibu kota tercinta.
Diseberang tempat dudukku, dengan bahagianya seorang akhwat menimang-nimang bayinya. Mungkin niatnya untuk mnidurkannya. Hari memang sudah malam.

Bayinya di tidurkan di kursi kereta, sedangkan ibunya duduk di bawah depan kursi.
Sunggu, sebuah pengorbanan seorang ibu yang luar biasa. Demi kenyamanan bayinya, dia rela duduk di bawah.

Sempat kupikir,” dimana suaminya?”
Kok tega banget suaminya membiarkan ibu dan bayi kecil itu berpetualang dalam perjalanan yang lumayan lama di dalam kereta.
“ah, itu bukan urusanku. Itu urusan keluarga mereka.”
..................................................................
Alunan semangat penuh hikmah dari Aa Gym dan Ustadz Anis Matta mengantarkanku melanglang buana di alam bawah sadar. Dan mulai saat itu akupun tak tahu keadaan sekitar, termasuk dengan akhwat dan bayi mungilnya.
.........................................................................
Suasana panas membangunkan diriku. Ternyata kereta sedang berhenti. Entah dimanana itu. Kutengok jendela, semua gelap. Dan kuperhatikan penumpang lain, masih banyak yang terlelap.
Begitu pula dengan bayi mungil kursi seberang, masih nyaman dengan tidurnya. Tapi ada yang berbeda kali ini. Disampingnya sudah duduk seorang pria yang baru kulihat.

”Mungkinkah itu ayahnya??”

Ternyata benar. Menjelang shubuh, satu keluarga itu bangun semua. Bergantian ayah ibu muda itu menggendong dan menimang bayinya.

Sambil menyuapkan susu botol ke mulut bayinya, bibir akhwat tadi tak berhenti berkomat kamit. Entah mendendangkan sebuah lagu, atau mungkin juga dia berdzikir.
Disebelahnya ayahnya sibuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Beliau sholat shubuh sambil duduk. Tak berapa lama mereka tukar posisi.

Sang ayah yang menemani puteranya, sedangkan sang ibu asyik berbincang-bincang dengan Allah.
Subhanallah, sebuah kerja sama yang luar biasa.
Mereka tetap melaksankan kewajiban dimana saja mereka berada.
Perjalanan jauh, bayi mungil yang harus dijaga, dan kondisi kereta yang seadanya tidak menghalangi untuk menghadap Sang Penguasa.

Disaat penumpang masih asyik dengan kemalasan, mereka telah menyegerakan diri untuk menghidupkan hari.

Akupun tak mau kalah.
”di kamar mandi, airnya masih ada ga ya??” gumamku.
Ah, nekat aja lah. Semoga masih ada.

Dan Alhamdulillah air masih cukup. Bisa buat buang air kecil dan berwudhu.
Dan sholat shubuh pun terlaksana. Pengennya sih sholat shubuh di darat, tapi kelihatanyya masih sangat lama untuk sampai ke tujuan. Bisa-bisa malah kesiangan dan dosa yang akan kudapat karena melalaikan kewajiban.

Sehabis sholat di kala bibir masih sibuk dengan lantunan dzikir, mataku melayang memantau seluruh gerbong kereta.

Dan betapa terpukaunya diriku kulihat keluarga kecil tadi kembali memberi pelajaran bagiku.
”Subhanallah, ayah dan ibu muda itu kini sibuk dengan mushaf masing-masing.”
Bayi mungil pun seolah-olah tahu bahwa saat-saat itu memang jadwal orang tua mereka untuk tilawah. Bayi itupun tidur pulas di atas kursi.


Sang ayah duduk disamping bayi terlihat khusyu membaca kalam Illahi. Sedangkan sang ibu juga tak kalah bersemangat dengan mushafnya, dia duduk di lantai kereta.
Cukup lama mereka berakivitas dengan al quran.

Akupun yakin bahwa tilawah quran setelah shubuh adalah salah satu kebiasaan mereka setiap harinya. Sehingga dimanapun mereka berada, selalu berusaha untuk melaksanakan kebiasaan itu. Kebiasaan yang sangat bagus. Dan bisa jadi itu adalah salah satu amal unggulan yang senantiasa mereka jaga.

Trus, apakah kita sudah punya amal unggulan yang bisa kita banggakan ketika Allah menghisab perbuatan kita di hari kiamata nanti??

Dalam hati, pengen juga untuk tilawah.
Tapi setelah kucek, Al quranku ketinggalan.
Ya udah, biar ga kalah sama mereka, kucoba melantunkan hafalan ayat-ayat quran yang belum terlalu banyak.

Subhanallah, luar biasa apa yang dilakukan keluarga kecil tersebut. Sebuah pelajaran berharga bagiku.
Kerjasama suami dan istri dalam merawat buah hati.
Kerjasama suami istri untuk tetap beribadah pada Allah
Dan keja sama suami istri untuk memanfaatkan setiap saat untuk terus ingat padaNya.


Kadang akupun malu pada diriku sendiri.
Mereka saja yang sudah punya amanah berupa bayi mungil masih sempat beribadah dengan luar biasa.
Sedangkan kita ????

Read More......

Pagi yang IDEAL

Pagi adalah awal sebuah hari.
Pagi adalah langkah pertama dalam mengarungi samudera hari yang begitu banyak tantangan dan anugerah.
Keberhasilan mengelola pagi akan menentukan keberhasilan hari seseorang.


Sudahkah anda mengelola pagi anda???
Dan bagaimanakah pagi yang ideal itu???

Ada sebuah pengalaman dari teman yang menurut saya telah berhasil mengelola paginya dengan luar biasa.
berdiskusi dengannya, membuatku lebih bersemangat menjalani hidup.
Saat ini dia masih single, belum menikah, Jadi bisa diberi judul

” Pagi yang ideal bagi para bujangan”.

Trus, seideal apa sih pagi harinya??
………………………………………………………….
Begini ceritanya……..

1. Dia berhasil bangun sebelum shubuh, kira-kira setengah jam hingga satu jam sebelum shubuh.
Seperti teman2 lain, handphone menjadi tujuan pertamanya. Selain mematikan alarm, ternyata sempat-sempat juga nge cek FB nya.
Dan air wudhu menyegarkan lahir dan batinnya.

2. Diisinya waktu itu dengan qiyamullail.
Tahajud, istikhoroh (mungkin dia sedang nyari petunjuk Allah), dan tak lupa ditutup dengan witir.

3. Ketika adzan shubuh memanggil, dia langsung bangkit memenuhi ajakan itu.
Tak lupa dia menyambangi kamar teman-teman kosnya. Diketuk pintunya dan dipanggilnya dengan nada ajakan bangun sholat shubuh berjamaah. Tak jarang pula dia buka pintu kamar temannya, dia nyalakan lampu kamar itu, lalu dia tarik selimut temannya. Dengan harapan agar temannya bangun.

4. Sholat shubuhlah dia di masjid yang kira-kira berjarak 100 meter dari rumahnya.
Di jalan tak lupa dia bertegur sapa dengan tetangganya saat perjalanan ke/dari masjid. Pagi indah yang sudah dihiasi dengan indahnya salam.

5. Dzikir pagi pun tak lupa dia panjatkan, memohon agar hari itu penuh keberkahan.

6. Kotak infak berdiri di ujung di meja kamarnya. Dan diisinya setiap pagi dengan rutin dengan jumlah rupiah yang konsisten pula.

7. Tilawah Quran adalah agenda wajib berikutnya.
Lantunan bacaan quran menggema di dalam kamarnya, tak jarang pula alunan ayat itu terdendang dari ruang tamu di kosnya.

8. Sejenak dia sempatkan membuka komputer yang terdapat di pojok kamarnya atau disusunnya agenda hari itu di buku agenda merahnya.

9. Next, dia ganti baju dengan baju olah raga. Sepatu pun dipakainya.
Lari pagi plus push up dkk menyegarkan paginya. udara segar memenuhi paru-paru dan aliran darah dalam tubuhnya.
pikiran negatif dan penyakit keluar bersama keringat yang bercucuran di badannya.
yang tersisa hanyalah pikiran positif dan rasa optimis.

10. Capek setelah olah raga, the disandarkannya tubuh di depan TV menikmati kajian (biasanya di MNC TV ada ust. Yusuf Mansyur) atau kadang juga ditemani kajian pagi radio Dakta.
Penyegar qolbu di pagi hari.

11. Diambilnya handphone yang tergeletak di tempat tidurnya. Dia obati rasa kangennya dengan menelepon orang tua. Maklum, anak perantauan yang jauh dari keluarga.
Suara dari handphone yang merekatkan hubungan orang tua dan anak itu selain hubungan melalui doa yang dipanjatkan.

12. Perutpun mulai berdemonstrasi, makan pagi pun segera menyusul. Tapi untuk ini dia harus menyiapkannya sendiri (belum ada yang melayani).

13. Sambil makan disempatkannya lihat berita di TV. Mengisi otak dengan informasi terbaru untuk bekal pengetahuan hari itu.

14. Menyegarkan badan dengan mandi, langsung pakai baju seragam. Tak lupa senyuman manis dia berikan kepada seseorang yang muncul dari dalam cermin kamarnya.

15. Berangkatlah dia beraktifitas dengan wajah cerah, badan segar, dan senyum terkembang.

16. Sepanjang perjalanan dibiasakannya melantunkan sedikit hafalannya.

17. Sampai di kantor langsung di sambut dengan sholat dhuha.

18. Dan siaplah dia memacu hari dan bersiap menggapai anugerah Allah yang luar biasa

……………………………………………………………………………….
Subhanallah, kagum aku berdiskusi dengannya, dia memang memiliki pagi yang luar biasa.
Disaat pemuda lain seusianya lebih memilih tidur sehabis shubuh, dia memilih untuk beraktifitas yang luar biasa.

Padahal kalau saya perhatikan amanah yang dia emban juga sangat banyak, bahkan lebih banyak dari pemuda seusianya dan teman-teman sebayanya.

Dan bisa jadi dia lebih capek dari kita, tapi senyum tulusnya mengurangi rasa lelah badannya
Dan tidurnya pun juga sekitar jam 11 malam, tetapi dia bisa bangun sebelum shubuh untuk “berduaan” dengan Sang Penciptanya.

Kadang aku iri kepadanya, kenapa aku tidak bisa mengelola pagi seperti itu???
………………………………………….
Walaupun memang tidak setiap hari dia melakoni pagi sekompleks itu, setidaknya dia berusaha dalam sepekan ada 2 hari seindah itu.

Semoga dia bisa tetap istiqomah sekarang dan setelah dia berkeluarga nanti, bahkan akan lebih luar biasa kehidupannya.

Dan semoga kita bisa mencontohnya, karena dia juga manusia biasa.
Dia makan nasi juga,
Dan dia juga seperti kita.

Read More......

Senin, 22 November 2010

Kenapa gajah tidak terbang

Ada seorang lelaki, sebut aja Si Otong.
Akhir-akhir ini dia cemberut melulu. Di matanya semuanya salah, ga ada yang benar.
Maklum, dia baru saja dipecat dari pekerjaannya karena perusahannya gulung tikar akibat kalah bersaing sama produk impor luar negeri.

Kesehariannya diisi dengan keluar masuk perusahan dengan map di tangan kanannya, berjuang untuk mendapatkan pekerjaan.
Tapi apa daya, bukannya dipersilakan masuk, malah dikira PPS (para pencari sumbangan)..

Pulang dari berkeliling kota, dia melihat sekumpulan burung yang terbang dengan bebas dan ceria.
Diapun mengguman,’ sungguh Tuhan tidak adil, kenapa burung yang sekecil dan makanannya sedikit itu bisa terbang. Bebas kesana kemari. Kok gajah yang lebih besar dan makanannya lebih banyak tidak bisa terbang.”

“Tuhan benar-benar tidak adil”, katanya lagi.

Belum lama dia melangkah, dia dikagetkan dengan sesuatu yang tiba-tiba jatuh tepat dimukanya.
“Sial, apa ini?”

Dicarinya sesuatu yang jatuh dimukanya itu dan dia sentuh dengan tangganya,
Secara reflek langsung dia arahkan ke hidungnya.

“Ah sialan, burung tak tahu aturan, buang kotoran sembarangan. Masak buang kotoran di muka orang”.
Setelah berjalan beberapa langkah, dia akhirnya sadar dan menyesali anggapannya tentang burung dan gajah selama ini bahwa Tuhan tidak adil.
..............................
Sungguh Tuhan Maha Adil....
Burung yang kecil saja klo buang kotoran sembarangan dan kena muka kita, kita langsung marah.
Bagaimana kalo gajah bisa terbang dan buang kotoran sembarangan….???


dari cerita seorang dosen

Read More......

serakah amat sih

 Seperti biasa badrul dan kawan-kawannya nongkrong di warung “Mbok Yuni”
Itulah agenda rutin mereka tiap sore menjelang gelap.
Dari ngobrolin anak tetangga sampai ngobrolin pejabat pemerintahan.
Semua habis diusut mereka.

Sore itu Cuma badrul dan temon yang hadir….
Mulailah obrolan mereka ditemani secangkir kopi..
Badrul ,”Mon, aku pikir hidup kita kok gini-gini aja, ga ada variasi.”
“Betul juga katamu Drul,” jawab temon

“Coba Mon kamu bayangkan jika suatu hari kita jalan-jalan di pelabuhan tanjung priok lalu kamu nemuin uang 1 juta. Apa tindakanmu?” Tanya Badrul

“langsung kuambil uang itu, kumasukkan kantong lalu kubawa pulang.” Temon menimpali
“uang itu jadi milikku semuanya, karena aku yang menemukannya.”Temon semakin semangat.
“Lho, ga bisa gitu mon, kamu jalan ke tanjung priok kan aku yang ngajak. Jadi aku harus dapat bagian dong. Kalo ga kuajak, kamu kan ga bakalan nemuin uang itu.”

“fifty-fifty lah.” Badrul protes
“Kamu kan Cuma ngajak doang. Yang ngelihat, yang nemuin, yang ngambil, yang nyimpan, semuanya aku yang ngelakuin.” Keta temon dengan nada sedikit kencang.

“ Loe ga adil Mon, kita kan sama-sama, mana rasa persahabatanmu?” Badrul ga mau kalah
“gini Drul, persahabatan ya persahabatan, uang ya uang.” Temon mengelak
“Wah, loe ga setia kawan. Apa loe ga inget dulu waktu loe susah siapa yang mbantu?
Waktu ibumu sakit siapa yang mbantuin nyari utangan,
Waktu loe keseleo, siapa yang nganter loe ke dukun pijet?” Badrul semakin keras suaranya.
………………………………………………….
Mbok Yuni dan pengunjung pun kaget dengan pertengkaran mereka.
Mereka hanya biasa diam terpaku melihat Live Event perseteruan itu.
“mirip yang di tipi itu ya, bapak-bapak yang di senayan itu, seru abiss.” Celetuk salah seorang pengunjung
……………………………………………..
Pertengkaran mereka semakin keras,
Kata-kata kotor sedikit mewarnai perseteruan itu.
Bahkan hampir-hampir mereka main fisik.
“PYAARRR”, gelas kopi jatuh dan pecah…….”
Pertengkaran belum berhenti.
…………………………………………
“OOalah mas, mas..!!!
“kalian ini masih membayangkan nemu duit aja udah bertengkar kayak gini”
“bagaimana kalau nemu uang beneran???”
“bisa-bisa saling bunuh-bunuhan”

“Bangun-bangun, jangan terus-terusan mimpi”
“Cepetan ke masjid, udah hampir maghrib tu.” Kata mbok Yuni sambil membereskan gelas kopi yang pecah.”

Read More......

ngono yo ngono ning ojo ngono


Ketika kuliah dulu, teringat ada salah seorang bapak-bapak yang sering memberi wejangan “ngono yo ngono ning ojo ngono”.
Sempat bingung juga sih, apa maksudnya. Tetapi ketika ditanyakan maknanya,yang kami dapat jawabannya,
” ya, kalian akan mengerti sendirilah nanti (kalau sudah bekerja)”
Sebuah makna yang ambigu dan tidak jelas

"Ngono ya ngono, ning aja ngono" adalah contoh ungkapan yang membingungkan.

Arti harfiahnya: begitu ya begitu, tapi jangan begitu.
Kedengaran sangat ambigu, tidak jelas, dan lebih-lebih lagi tidak tegas.
Membingungkan, membuat orang ragu!

Kalau ditanya, lalu bagaimana? Orang bisa gagu untuk menjawabnya.
Paling-paling, setelah berputar-putar, jawabannya bisa: "Ya, pikir sendirilah!"
Seakan penilaian, pemahaman, dan pengamalan ungkapan falsafati itu diserahkan kepada masing-masing orang tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

Fleksibel memang, tapi sekali lagi membingungkan! Coba, kalau ungkapan falsafati itu dipakai sebagai landasan untuk memberantas korupsi, kan repot!
Tidak ada standard mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.

An-Nu'man bin Basyir berkata,
"Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
'Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. 
Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. 
Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. 
Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. 
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'" 
(HR. Bukhori)

So, jangan biarkan diri kita terobang-ambing dalam keraguan yang terjerumus ke dalam syubhat.

Buatlah standard yang jelas tentang tindakan diri dan yakinlah akan ada mekanisme pertanggungjawawan di hari akhir nanti.

karena, pekerjaan kita penuh dengan tantangan dan godaan.


Halal itu jelas
Dan haram itu jelas

Read More......

dekat dengan Anda seperti dibelakang bajai

Terlihat seorang ibu dengan menggendong puteranya yang masih balita terburu-buru memasuki sebuah bus AC executive jurusan Jakarta.

Memang siang itu terasa sangat panas di sebuah kota kecil di Jawa Timur tersebut.
Dibukanya lembar tiket bus, langsung ibu duduk di bangku sesuai tiket yang dimilikinya.
Belum banyak orang yang ada di dalam bus. Hanya ada ibu beserta anaknya, seorang lelaki duduk tepat di bangku depan ibu, dan seorang wanita duduk di bangku paling belakang.
Dinginnya AC meredakan udara panas di terminal.
Sesekali ibu itu bercanda dengan puteranya….
………………………………………
Suasana dingin berhiaskan bau pewangi udara yang digantung di langit-langit bus berubah menjadi sedikit pengap…..

Ibu itu mencari sumbernya. Didapati kepulan asap putih menyembur dari bangku depannya, dari seorang laki-laki paruh baya yang kalau dilihat dari penampilannya adalah orang berada dan berpendidikan.
Tanpa basa basi ibu langsung nyamperin sumber asap.

“Maaf bapak, bapak tahu kan bahwa ini adalah bus ber AC”
“dan semua orang tahu kalau dilarang merokok di dalam bus AC”, sapa ibu dengan sopan
“dari penampilan, saya rasa bapak adalah orang yang berpendidikan, tetapi kenapa tindakan bapak tidak pendidikan bapak sama sekali???” tutur ibu dengan nada sedikit lebih keras.

Laki-laki itu Cuma melongo, diam tanpa kata.
Dengan wajah malu, keluarlah laki-laki dari bus tanpa mengucap sepatah katapun…….
……………………………………..
…………………………………….
Sampailah bus di sebuah terminal ibu kota, suasana pagi yang segar menyambut kedatangan penumpang.
Sambil menunggu jemputan, ibu dan puteranya duduk beristirahat di ruang tunggu terminal.
Tempat duduk yang tidak terlalu banyak itu lumayan penuh, tidak terlihat ada bangku kosong.
Tiba-tiba ada seorang pemuda yang berdiri dari tempat duduknya dan mempersilakan ibu untuk menempati tempat duduk itu.
Sebenarnya ibu merasa enggan untuk duduk disana, karena disekelilingnya luapan asap rokok mengepul.
Tapi apa boleh buat, Cuma itu tempat yang kosong.

“mas, mau dari mana asalnya?” Tanya ibu ke pemuda disampingnya
“saya dari Ponorogo, ini mau ke Tanah Abang.” Jawab pemuda sambil mengepulkan asap dari mulutnya.
“ibu mau ke mana?’ pemuda balik bertanya
“saya mau ke daerah Jatinegara, ni masih nunggu jemputan.”

“oya mas, itu kan nada tanda dilarang merokok, kenapa mas masih juga merokok di sini??” Tanya ibu
“habis gimana lagi bu. Kan itu Cuma peraturan dan ini kan terminal, daerah bebas untuk semua orang.” Elak pemuda

“oya, mas pernah naik motor terus pas lampu merah motor mas berhenti tepat di belakan bajaj? Tanya ibu
“Oh, kalo itu sering bu. Rasanya sebel banget, sumpek dada ini karena asap bajaj itu. Rasanya pengen saya samperin tu sopir bajaj dan saya omelin” jawab pemuda dengan semangat

“MUNGKIN ITU PULA YANG SAYA RASAKAN KETIKA SAYA BERADA DI SAMPING MAS.” Kata ibu sambil berlalu meninggalkan pemuda.

Read More......

Hati - hati depan Stasiun Balapan

Pagi itu suasana sekitar stasiun Balapan Solo lumayan panas. Setelah lebih dari 11 jam berjibaku didalam kereta dari Jakarta, badan lumayan pegel, capek dan butuh kesegaran.
Awalnya pengen sejenak bersandar di musholla di dalam stasiun, tapi ternyata mushollanya dikunci.
Lho, bukannya itu adalah tempat ibadah yang seharusnya buka 24 jam. Kok Cuma buka pas waktu sholat doang?
Itulah salah satu fenomena di indonesia. Mungkin karena khawtir barang berharga dalam masjid/musholla dicuri, atau takut kotor, atau takut dibuat tidur orang lain.
Tru apa gunanya memperindah masjid kalau ujung-ujungnya masjidnya “terkunci”??
Wallahu alam.
Udahlah, ga masalah. Lebih baik cari masjid diluar stasiun aja.

“ojek mas....”
“taksi pak..!”
“becak mas, mau kemana.....”
Tawaran dari tukang ojek, taksi, dan becak menyambutku keluar dari lorong stasiun. Berebut mencuri perhatianku.
Bagaikan artis disambut meriah saat keluar dari gedung pertunjukan.

“terima kasih pak.” Jawabku singkat.
Karena memang sebelumnya sudah telepon teman untuk menjemputku.
Karena aku juga tidak tahu alamat tempat yang akan kutuju.

Kulayangkan pandangku menusuri jalanan,
Perut memberi sinyal yang langsung ditangkap otak. Lalu diteruskan ke syaraf mata.
Matapun aktif mencari tempat yang bisa memenuhi hasrat perut.
Dan pilihan itu jatuh di warung soto kuali. Tepat di depan stasiun Balapan.
Alhamdulillah,
Cukup 8 ribu, soto satu mangkok, teh hangat plus 2 tempe goreng.
Dan perutpun sudah selesai berdemonstrasi. Setidaknya rasa lapar bisa diobati sampai nanti sampai ditempat walimah teman. “kan disana nati juga ada hidangan yang bisa di makan.” he..he...

What next???
Karena nanti mau ke kondangan temen, maka yang harus dilakukan adalah MANDI dan bersih-bersih.

”Bu, masjid ingkang celak mriki pundi ??? tanyaku dengan bahasa jawa yang sudah kususun sebelumnya.
”Oo, dalan niki lurus, terus menggok kiwo. Lha mengke wonten masjid” jawab ibu penjual soto.
”Matur Suwun Bu!” jawabku dengan senyum sok akrab.

Oke, Masjid I’m coming...
Memang, masjid menjadi tempat favorit ketika perjalanan. Tempat singgah paling nyaman dikala tersesat di daerah antah berantah. Tempat yang selalu berkenan menerima tamu setiap saat. Tempat yang menentramkan dan membuat hati nyaman. Itulah Masjid.

Ternyata jaraknya lumayan juga. Jalannyapun banyak cabangnya.
”yang mana ni jalannya” gumamku.

Sifat sok tahu pun muncul.
”mungkin belok sini”
Tapi, Kucari-cari kok ga ada bangunan yang mirip masjid. Dimana ya??
Di seberang jalan kulihat ada wanita yang sedang berdiri seakan-akan menunggu seseorang.
mungkin wanita itu tahu, dan akupun berniat pengen bertanya padanya.
Belum sempat kutanya, eh dia malang bicara duluan.
“Pelayanan mas.!!” Katanya
“maaf, apa mbak?” tanyaku, yang memang saat itu suaranya kurang jelas.
”pelayanan Mas..” katanya lagi.

”Pelayanan ??” jawabku spontan
Dalam hati bingung juga, pagi-pagi gini (sekitar jam 9 pagi) ada pelayanan apa.
Pelayanan SIM??? Bukan
Pelayanan kesehatan......apalagi
Pelayanan Bank..... ga mungkin.

Setelah dipikir-pikir ternyata maksudnya ”pelayanan gituan”

Astragfirullah, ampuni aku ya Allah.

Berlalu kumeninggalkannya sambil masih bingung dan shock.
Eh, belum selesai shock yang kualami dari depan ada motor matic yang tepat berada di depanku, seolah-olah mau menabrakku.
Pengandaranya seorag wanita dengan make up menor dan baju seksi.
Ternyata sama aja.
Tawaran itu lagi yang muncul dari bibirnya.

Ngimpi apa semalem, kok pagi-pagi udah ditawarin hal-hal ga jelas.

Jalan lagi lah sambil terus istigfar.
Disebuah persimpangan jalan terpampang jelas disebuah tembok bangunan tulisan
CEWEK-CEWEK DILARANG MANGKAL DISEKITAR SINI, MENGGANGGU KENYAMANAN WARGA”

OOO, paham aku. Ternyata daerah situ memang biasa buat magkal wanita-wanita ”nakal”.

Ya udahlah, kembali ke tujuan semula nyari masjid.
Sampailah di masjid yang ditunjukkan penjual soto. Setelah minta izin kepada penjaga masjid, Let’s action.....
Bersih-bersih, mandi, ganti baju, plus sholat dhuha pun telah dilaksanakan.
Plus tambahan doa biar kuat iman kalau nanti ada yang nggodain lagi.

Saatnya balik lagi ke stasiun, karena teman yang jemput sudah hampir sampai.
Kucoba lewat jalan yang berbeda dengan harapan ga ada yang nawarin lagi.
Wah, ternyata perkiraanku salah. Di jalan yang lain pun malah lebih banyak yang mangkal dipinggir-pinggir jalan.
Ya Allah, sudah sebegitu rusakkah akhlak manusia?????
Dengan wajah tenang, langkah tegap, dan sok ga peduli kulewati kerumunan mereka.

Astagfirullah aladzimi

Read More......

Minggu, 21 November 2010

Desain PIN Hari Anti Korupsi

memanfaatkan waktu untuk berkreasi,
mencoba menggali potensi diri untuk buat desain PIN.
yang rencananya akan diikutkan lomba desain PIN dalam rangka hari anti Korupsi
di KPU BC tipe A Tanjung Priok.

mohon masukan, saran, dan kritik untuk mempercantik PIN diatas.
apakah PIN itu layak diikutkan lomba ???
Read More......

hanya sepotong yang kita tahu. selanjutnya......


Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat. Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : "Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya: "Ia adalah seperti seseorang.Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?" Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh", mereka mengejek dia : "Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan".

Orang tua itu menjawab : "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu, selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?". Orang-orang desa itu protes,
"Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh. Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan".

Orang tua itu berbicara lagi : "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.
Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?" Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol, kalau tidak ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya.

Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan :
"Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".

Jawab orang itu : "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ?
Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu".

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. "Kamu benar", kata mereka : "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi : "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong" .

Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. "Kamu benar, orang tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya" .

Orang tua itu berbicara lagi : "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu".




dari seorang teman:
Eko Susanto

Read More......

Yang Tua, yang mau berusaha


Ini bukan pertama kalinya saya sholat di masjid ini. Meski jarang karena memang lokasinya yang jauh, namun setidaknya setiap kali saya bertandang ke rumah mertua di daerah waru Sidoarjo, selalu saya coba sempatkan untuk sholat di masjid ini. Masjid Darussalam namanya

sebuah masjid yang bagi saya masuk kategori masjid dambaan setiap insan beriman (halah). Tak hanya kondisi fisik masjid yang bagus, lengkap dengan lantai marmer, tempat wudhu bagus, parkiran, satpam, ruang sholat nyaman, audio berkelas, bahkan AC sekalipun, namun juga suasana lingkungan dan keagamaan yang hidup di masjid ini. Ada sekolah islam yang jadi satu kompleks dengannya, kondisi masjid yang penuh kegiatan mulai kajian rutin, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Yang mengisi pun boleh dibilang orang-orang berkelas, baik khutbah, ceramah, maupun kajian, kebanyakan diisi oleh orang-orang berkelas dengan kapasitas yang lumayan. Boleh dikatakan, meski tak terlalu besar, namun masjid ini adalah masjid yang hidup. Tak seperti masjid-masjid lain yang sering saya temui, OK lah bagus secara fisik, namun diluar sholat, suasana keislamannya kosong. Masjid lebih banyak sepi… bahkan dikunci! Duh!!

Namun tidak dengan masjid yang satu ini. Itulah kenapa saya senang dengan masjid yang satu ini. Nyaman, dan hidup! Meski lokasi di tengah2 pemukiman elite, namun serasa di masjid-masjid kampus dengan dakwahnya yang hidup.

Dan sore tadi sekali lagi, saya semakin dibuat terkagum dengan orang-orang di masjid ini.
Hujan mengguyur deras selepas sholat jumat siang tadi, tak kunjung henti meski sore hampir berganti. Namun syukurlah menjelang maghrib cuaca sudah lumayan reda. Hanya gerimis kecil yang mengiring terbenamnya matahari. Aku pun pergi berangkat ke masjid, sholat maghrib. Seusai sholat maghrib, agaknya hujan yang tadinya gerimis kecil kini mulai mengguyur deras kembali.

Ah, apes benar, saya tak bawa payung maupun jas hujan. Ah, sudahlah aku putuskan saja untuk tetap di masjid saja, menunggu isya’ sekalian, itung-itung sambil tilawah, syukur-syukur jika masjid ada pengajian atau apa.

Aku pun naik ke masjid yang ada di lantai atas. Ternyata suasana ramai, ah aku pikir ada pengajian sebagaimana beberapa masjid di malang yang ada pengajian di sela maghrib-isya’. Ow, ternyata bukan itu.

Justru pemandangan yang membuatku kagum. Di sisi masjid ada sekumpulan orang-orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama orang-orang yang sedang membaca al quran secara bergantian, satu orang membaca yang lain menyimak. Ah yang ini biasa. Namun di kelompok kedua membuat saya terharu sekaligus kagum.

Orang-orang di kelompok dua ini, mereka tidak sedang ngobrol sebagaimana beberapa jamaah masjid lain, mereka juga tidak sedang mengkaji tafsir, belajar hadits, bahasa arab, fiqh maupun kajian keislaman pada umumnya. Mereka belajar sebuah hal sederhana yang men-trigger memoriku semasa kecil dahulu. Ya, kelompok kedua ini sedang belajar membaca Al Quran. Andai mereka yang belajar ini adalah anak-anak usia SD-SMP mungkin saya tak terlalu kagum, wajar karena pemandangan ini sudah biasa. Namun, mereka yang belajar membaca ini adalah bapak-bapak di usianya yang sudah tak lagi bisa dibilang muda.

Tingkatnya pun bermacam-macam, kulihat mereka dari balik jendela, rata-rata masih iqro’ semua. Dengan tongkat kecil penunjuk bacaan dan seorang ustadz yang memandu, layaknya anak-anak TPA, mereka bergantian belajar membaca al quran tersebut. Terpatah-patah memang, persis seorang yang memang sedang belajar al quran.

Alih-alih lucu, saya justru sangat terharu. Orang-orang tua ini begitu semangatnya mereka ingin belajar membaca al quran. Tak peduli usia tak lagi muda, ketika orang-orang lain seusianya malas, malu atau gengsi untuk belajar baca quran, mereka menyingkirkan gengsi itu semua demi mengejar pahala al quran itu sendiri. Subhanallah.

Selama ini saya hanya mendengar cerita tentang bagaimana kakek-kakek di masjid al falah surabaya menenteng iqro jilid 2 ke masjid, tentang bagaimana seorang kakek di blimbing yang mengaji terpatah-patah selama 7 tahun namun tak jua khatham, dlsb. Namun kali ini Allah memberi saya kesempatan langsung menyaksikan orang-orang luar biasa ini, di masjid Darussalam.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Allah menjanjikan dua pahala bagi mereka yang susah dan tertatih dalam membaca ayat-ayatNya.

“Orang yang membaca Al Quran dan dia pandai membacanya maka (nanti di akhirat akan dikumpulkan) bersama para malaikat yang mulia, sedangkan orang yang membaca Al Quran dan dia terbata-bata karenanya serta kesusahan maka baginya dua pahala “ (Muttafaq alaih)
Ah, Akhirnya Allah memberi saya kesempatan untuk melihat sendiri bagaimana luar biasanya orang-orang tersebut, para pembaca dua pahala.

Ngomong-ngomong saya pun jadi berpikir, bahwa seharusnya malu, sungguh 100% malu, pada mereka-mereka ini, jika ada orang yang bisa lancar membaca quran, namun jarang bahkan tak pernah membacanya sekalipun. naudzubillah.



dari seorang teman
Toni Tegar Sahidi
Wisma Tropodo, Waru Sidoarjo 6 November 2010

Read More......

kesempurnaan cinta

Suatu hari sepasang kekasih yg saling mencintai itu menikah….
Mereka sangat bahagia….tetapi selang sebulan setelah pernikahan itu kebiasaan buruk dari masing-masing mulai terlihat…

Akhirnya mereka membuat kesepakatan atau komitmen…tepatnya di sebuah ruang keluarga…mereka duduk berhadap-hadapan…dan mulailah percakapan itu…
Percakapan dimulai dari perkataan sang istri…sedangkan sang suami mendengarkan baik-baik…

Istri: “Sayang aku ga mau nantinya kita ribut dan berakhir perceraian sebelum itu terjadi…aku mau kamu menulis kebisaan buruk aku yg ga kamu sukai…dan sebaliknya juga aku, aku akan menulis kebiasaan buruk kamu yg ga aku sukai…gimana sayang?”
Suami: “Oke….aku setuju…”


Mulailah mereka menulis….si istri langsung menulis di kertas…dengan cepat dan seksama…tak berapa lama si istri sudah menulis sepertinya ada 5 atau 7 nomor sedangkan si suami hanya bisa melihat dan belum memulai menulis satu kalimat bahkan satu kata pun tidak…

Istri: “Aku sudah selesai..kamu??”
Suami (dengan tersenyum): “Aku juga sudah selesai…”
Istri: “Kalau gitu kamu yg baca duluan…”
Suami: “Tidak-tidak…kamu duluan yg membaca…”
Istri : “Ok, aku dulu yg membaca…tapi aku harap kamu jangan tersinggung ya sayang…”

(si istri mulai membaca)
“Satu, aku ga suka kamu ngorok atau ngigau di saat kita tidur bersama…”
Mendengar hal itu si suami tidak lagi menatap wajah si istri, pandanganya mulai kemana-mana.

(si istri melanjutkan)
Istri: “Dua, kamu tuh ga bisa rapi…baju kotor entah kamu taruh sembarangan dimana-mana…aku sudah bilang kan baju kotor langsung ditaruh di tempat pakaian kotor…”
Mendengar perkataan si istri yangg ke dua, si suami menundukkan kepala…
Berlanjut si istri membaca yang ketiga hingga nomor enam, si suami terdiam dan menggenangkan air mata…

Si istri melihat: “Sayang kamu ga papa kan??”
Si suami hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
Istri: “Baiklah aku lanjutkan lagi…”

(si istri membaca yg terakhir)
Istri : “Kalau kamu…seperti apa yg kamu tulis di kertas itu…coba bacakan…”
Suami : (menggelengkan kepala…dan memperlihatkan kertas kepada istrinya) “aku tidak menuliskan apapun..karena bagiku..tak ada satupun keburukan dari sikap kamu, sayang…

aku mencintai kamu apa adanya dan cinta yang apa adanya itu tidak menuntut seseorang untuk mengubah kebiasaannya…karena itulah cinta…berbeda dan saling melengkapi…”
Mendengar hal itu si istri menangis dan memeluk suaminya…dan berkata,


Istri: “Maafkan aku…”
Suami: “Sebelum kamu minta maaf…aku sudah memaafkan mu…”








dari seorang teman

Read More......

Jumat, 19 November 2010

Disanapun ada pelajaran berharga

Matahari terik mengiringi langkah Ipin, angin kering bercampur hawa panas berderu pelan menerpa wajahnya yang masih tampak ceria. Siang itu, Ipin akan berpetualang mengelilingi daerah yang lumayan asing baginya. Kali ini dia memilih daerah jatinegara, Jakarta Timur.

Jiwa muda Ipin tidak betah jika hanya diam saja. Kebetulan hari ini dia tidak ada tugas, jadi dia memutuskan untuk melihat realita kehidupan kota yang sebenarnya. Mungkin ipin terinspirasi setelah membaca Novel karya Andrea hirata berjudul edensor. Di dalamnya ada kisah tentang BACKPACKER. Seru, menantang, dan penuh keberanian. Itulah yang ingin dicari ipin.


Hanya sendal jepit, topi, plus tas kosong yang menemani pertualangannya kali ini. Handphone, dompet, dan barang-barang berharga lain dia tinggalkan dikamar kosnya. Dia hanya bermodalkan uang Rp 5.000,-. Sengaja dia melakukannya, karena dia ingin ikut mersakan kerasnya hidup di ibu kota.


Kalau dipikir-pikir, memang kelihatannya Ipin ini kurang kerjaan. Coba bayangkan, hari libur, matahari terik, acara TV bagus, kan mendingan ”hibernasi” di rumah sambil memanjakan badan (tidur), atau dari pada capek-capek jalan-jalan ga jelas, lebih baik main game di kamar. Seru, asyik, dan bisa menghilangkan penat. Mungkin itulah pikiran sebagian besar orang. Awalnya di benak Ipin juga terngiang-ngiang hal seperti itu. Tapi semangat mengalahkan kemalasannya.


Bismillahirrohmanirrohim...
Prok....prok...prok...suara sendal jepit yang beradu gesek dengan aspal jalanan menjadi alunan pengiring langkahnya. Tak lupa untaian senyum manis menghiasi bibir yang langsung dia kirimkan kepada tetaangga-tetangga yang dilalui. 
”Mari Pak!”, 
”Mari Bu!” 
mungkin itulah yang mempererat hubungan silaturahmi Ipin dengan tetanganya. Walaupun tidak kenal namanya, tapi sudah cukup dengan panggilan Pak, Bu, Mas, Dik plus senyum indah dari bibir mungil ini...


Jalanan bising dan berdebu ipin terjang dengan semangat. Deru kendaraan bermotor serta kepulan asap semakin menunjukkan bahwa ini adalah ibu kota penyumbang polusi perusak kelokan anugerah Illahi. Tak terasa sudah setengah jam ipin brjalan kaki, dan hampir 3 kilometer dia tempuh dengan dua kakinya.
Akhirnya tibalah dia di Stasiun Jatinegara. Tempat pertama yang ingin dia kunjungi untuk mencari ilmu kehidupan baru.


Orang berlalu lalang, pedagang asongan berteriak-teriak menawarkan dagangannya, tetapi deru mesin lokomotif dan suara gesekan roda kereta dan rel membungkam semua kebisigan manusia-manusia itu, yang terdengar hanyalah suara kereta yang sangat kencang.

Ipin merasa capek, dari kejauhan dilihatnya ada seorang penjual es. Wah seger banget kalau panas-panas gini bisa minum es. Apalagi di dekatnya ada seorang anak kecil yang juga asyik menenggak es teh dari plastik yang digenggam erat kedua tangannya. Ya Allah nikmat banget es teh itu...


Beli atau tidak ya? Pikir ipin dalam hati. Ah, aku masih bisa tahan. Inikan masih godaan pertama, masih banyak ujian lain menunggu di depan.
Es teh berlalu. Dengan mulut yang kering ipin mencari tempat duduk untuk istirahat.
Diperhatikannya setiap orang yang melntasinya. Orang tua, muda, laki-laki, perempuan, anak sekolah, semua berbaur menunggu kereta. 

Di depan ipin duduk seorang ibu yang sibuk memainkan handphonenya, di sebelahnya ada bapak-bapak yang serius membaca koran yang baru dibelinya dari pedagang asongan yang lewat. Kelihatannya mereka adalah suami istri.


Di ujung tempat duduk ada dua muda-mudi pelajar SMA yang asyik memadu kasih. Dalam hati ipin bingung juga. Kok mereka tidak malu ya, bermesraan di tempat umum. Apa mereka pikir stasiun itu milik mereka, yang lain Cuma numpang!!! Wah, tidak sopan. Mungkin inilah cermin kehidupan ibu kota.


Pikiran nakal ipin ikut andil. Wah, didepanku ada suami istri, di ujung sana ada orang pacaran, ipin lalu menengok ke sampingnya. KOSONG....., tidak ada siapa-siapa. Seandainya ada seorang pendamping di saat seperti ini, pasti bahagia sekali hati ini. Ah, itu hanya lamunan belaka. Segera ipin buang bayangan itu.


Tak lama kemudian datang seorang gadis kecil kira-kira berusia 10 tahun. Tangan kanan menggendong adiknya yang masih bayi dan tangan kiri menggandeng adiknya lagi yang kira-kira berusia 3 tahun. Pakaiannya lusuh, badannya kotor, raut mukanya muram. Sementara, adik yang dalam gendongannya terus menangis. Entah karena lapar, sakit, atau apalah.....ipin tidak tahu.
Kemana ibunya?
Kemana Bapaknya?
Kenapa ketiga anak itu dibiarkan terlantar di tempat seperti ini?
Sungguh kejam dunia ini.


Mereka tidak meminta-minta, mereka tidak mengemis. Mereka hanya bermain-main sambil sesekali memungut botol air mineral yang mereka temukan.


Sambil sesekali menghibur adiknya yang menangis, gadis tadi mencari tempat duduk. Akhirnya direbahkan badannya di tangga jalan yang nota bene sangat kotor. Tidak pantas untuk dijadikan tempat duduk. Aku masih terpaku menatap gadis dan kedua adiknya itu. Aku tak mampu bergerak dan lidah ini kaku. Hanya hati yang masih kuasa untk menyebut keagungan Allah. Tak terasa butir-butir kasih allah menetes dari kelopak mataku. Sadar akan hal itu, langsung kuseka air mataku, aku malu bila dilihat orang-orang disekitarku.


Masih kuperhatikan anak-anak tadi. Gadis kecil tadi memeluk adik bayinya dengan sayang, sambil mendendangkan nyanyian seadanya, dia mencoba untuk menghibur adiknya yang sedang menangis.tangan kanannya juga tak henti-hentinya mengelus-elus kepala adiknya.


Sungguh, pemandangan menakjubkan berupa kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. Dia tidak marah ketika adiknya menangis, dia tidak mencaci ketika adiknya rewel, dia tidak putus asa walaupun harus terus menggendongnya. Bahkan, dengan lembut dia mencium pipi mungil adik bayi itu.


Kualihkan pandanganku dari gadis kecil tadi. Kuperhatikan wajah dan raut muka orang-orang sekelilingku. Kurasakan tidak ada respon apa-apa dari mereka. Mereka tetap cuek dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Tak satupun yang menujujkkan sikap kepedulian kepada gadis kecil itu. Ya Allah, inikah sikap hambamu yang mengatakan dirinya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain engkau dan Rasul Muhammad saw sebagai utusanMu.


Mungkin inilah suasana kota besar. Setiap orang sibuk memikirkan nasibnya sendiri tanpa peduli keadaan orang lain. Hatiku tersayat, tidak tega terus-menerus melihat kejadian ini. Akhirnya aku bangkit dari duduk. Kurogoh kantong celanaku sambil berjalan menuju gadis kecil.”Dik, silakan ambil sedikit rezeki ini”. 
"Hanya itu yang bisa  kulakukan."
"Karena hanya itu yang kubawa, uang 5.000 rupiah."
gumam ipin sambil berlalu meninggalkan gadis kecil itu.










based on true story,
dari seseorang
Read More......