Selasa, 23 November 2010

keluarga kecil di dalam kereta

Tidur pulas…..
Itu hal yang tertancap di pikiranku ketika mau naik kereta Senja Solo. Maklum diriku berpikiran demikian, karena seharian penuh ini full kegiatan dan belum istirahat.

Jadi 12 jam kedepan akan kumanfaatkan dengan istirahat di kereta. Walaupun ujung-ujungnya tetep aja ada rasa capek karena perjalanan.

Malampun semakin larut, deru kereta semakin kencang meninggalkan ibu kota tercinta.

Diseberang tempat dudukku, dengan bahagianya seorang akhwat menimang-nimang bayinya. Mungkin niatnya untuk mnidurkannya. Hari memang sudah malam.

Bayinya di tidurkan di kursi kereta, sedangkan ibunya duduk di bawah depan kursi.
Sunggu, sebuah pengorbanan seorang ibu yang luar biasa. Demi kenyamanan bayinya, dia rela duduk di bawah.

Sempat kupikir,” dimana suaminya?”
Kok tega banget suaminya membiarkan ibu dan bayi kecil itu berpetualang dalam perjalanan yang lumayan lama di dalam kereta.
“ah, itu bukan urusanku. Itu urusan keluarga mereka.”
..................................................................
Alunan semangat penuh hikmah dari Aa Gym dan Ustadz Anis Matta mengantarkanku melanglang buana di alam bawah sadar. Dan mulai saat itu akupun tak tahu keadaan sekitar, termasuk dengan akhwat dan bayi mungilnya.
.........................................................................
Suasana panas membangunkan diriku. Ternyata kereta sedang berhenti. Entah dimanana itu. Kutengok jendela, semua gelap. Dan kuperhatikan penumpang lain, masih banyak yang terlelap.
Begitu pula dengan bayi mungil kursi seberang, masih nyaman dengan tidurnya. Tapi ada yang berbeda kali ini. Disampingnya sudah duduk seorang pria yang baru kulihat.

”Mungkinkah itu ayahnya??”

Ternyata benar. Menjelang shubuh, satu keluarga itu bangun semua. Bergantian ayah ibu muda itu menggendong dan menimang bayinya.

Sambil menyuapkan susu botol ke mulut bayinya, bibir akhwat tadi tak berhenti berkomat kamit. Entah mendendangkan sebuah lagu, atau mungkin juga dia berdzikir.
Disebelahnya ayahnya sibuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Beliau sholat shubuh sambil duduk. Tak berapa lama mereka tukar posisi.

Sang ayah yang menemani puteranya, sedangkan sang ibu asyik berbincang-bincang dengan Allah.
Subhanallah, sebuah kerja sama yang luar biasa.
Mereka tetap melaksankan kewajiban dimana saja mereka berada.
Perjalanan jauh, bayi mungil yang harus dijaga, dan kondisi kereta yang seadanya tidak menghalangi untuk menghadap Sang Penguasa.

Disaat penumpang masih asyik dengan kemalasan, mereka telah menyegerakan diri untuk menghidupkan hari.

Akupun tak mau kalah.
”di kamar mandi, airnya masih ada ga ya??” gumamku.
Ah, nekat aja lah. Semoga masih ada.

Dan Alhamdulillah air masih cukup. Bisa buat buang air kecil dan berwudhu.
Dan sholat shubuh pun terlaksana. Pengennya sih sholat shubuh di darat, tapi kelihatanyya masih sangat lama untuk sampai ke tujuan. Bisa-bisa malah kesiangan dan dosa yang akan kudapat karena melalaikan kewajiban.

Sehabis sholat di kala bibir masih sibuk dengan lantunan dzikir, mataku melayang memantau seluruh gerbong kereta.

Dan betapa terpukaunya diriku kulihat keluarga kecil tadi kembali memberi pelajaran bagiku.
”Subhanallah, ayah dan ibu muda itu kini sibuk dengan mushaf masing-masing.”
Bayi mungil pun seolah-olah tahu bahwa saat-saat itu memang jadwal orang tua mereka untuk tilawah. Bayi itupun tidur pulas di atas kursi.


Sang ayah duduk disamping bayi terlihat khusyu membaca kalam Illahi. Sedangkan sang ibu juga tak kalah bersemangat dengan mushafnya, dia duduk di lantai kereta.
Cukup lama mereka berakivitas dengan al quran.

Akupun yakin bahwa tilawah quran setelah shubuh adalah salah satu kebiasaan mereka setiap harinya. Sehingga dimanapun mereka berada, selalu berusaha untuk melaksanakan kebiasaan itu. Kebiasaan yang sangat bagus. Dan bisa jadi itu adalah salah satu amal unggulan yang senantiasa mereka jaga.

Trus, apakah kita sudah punya amal unggulan yang bisa kita banggakan ketika Allah menghisab perbuatan kita di hari kiamata nanti??

Dalam hati, pengen juga untuk tilawah.
Tapi setelah kucek, Al quranku ketinggalan.
Ya udah, biar ga kalah sama mereka, kucoba melantunkan hafalan ayat-ayat quran yang belum terlalu banyak.

Subhanallah, luar biasa apa yang dilakukan keluarga kecil tersebut. Sebuah pelajaran berharga bagiku.
Kerjasama suami dan istri dalam merawat buah hati.
Kerjasama suami istri untuk tetap beribadah pada Allah
Dan keja sama suami istri untuk memanfaatkan setiap saat untuk terus ingat padaNya.


Kadang akupun malu pada diriku sendiri.
Mereka saja yang sudah punya amanah berupa bayi mungil masih sempat beribadah dengan luar biasa.
Sedangkan kita ????

2 komentar:

Ryan Aziz Al Halim mengatakan...

subhanallah. sebuah pelajaran yang luar biasa. ana jadi malu sendiri akhi :(
syukron sudah berbagi sebagai pengingat untuk kita semua.

Unknown mengatakan...

mas, numpang copy foto-nya ya. syukron.

Posting Komentar