Selasa, 23 November 2010

Pagi yang IDEAL

Pagi adalah awal sebuah hari.
Pagi adalah langkah pertama dalam mengarungi samudera hari yang begitu banyak tantangan dan anugerah.
Keberhasilan mengelola pagi akan menentukan keberhasilan hari seseorang.


Sudahkah anda mengelola pagi anda???
Dan bagaimanakah pagi yang ideal itu???

Ada sebuah pengalaman dari teman yang menurut saya telah berhasil mengelola paginya dengan luar biasa.
berdiskusi dengannya, membuatku lebih bersemangat menjalani hidup.
Saat ini dia masih single, belum menikah, Jadi bisa diberi judul

” Pagi yang ideal bagi para bujangan”.

Trus, seideal apa sih pagi harinya??
………………………………………………………….
Begini ceritanya……..

1. Dia berhasil bangun sebelum shubuh, kira-kira setengah jam hingga satu jam sebelum shubuh.
Seperti teman2 lain, handphone menjadi tujuan pertamanya. Selain mematikan alarm, ternyata sempat-sempat juga nge cek FB nya.
Dan air wudhu menyegarkan lahir dan batinnya.

2. Diisinya waktu itu dengan qiyamullail.
Tahajud, istikhoroh (mungkin dia sedang nyari petunjuk Allah), dan tak lupa ditutup dengan witir.

3. Ketika adzan shubuh memanggil, dia langsung bangkit memenuhi ajakan itu.
Tak lupa dia menyambangi kamar teman-teman kosnya. Diketuk pintunya dan dipanggilnya dengan nada ajakan bangun sholat shubuh berjamaah. Tak jarang pula dia buka pintu kamar temannya, dia nyalakan lampu kamar itu, lalu dia tarik selimut temannya. Dengan harapan agar temannya bangun.

4. Sholat shubuhlah dia di masjid yang kira-kira berjarak 100 meter dari rumahnya.
Di jalan tak lupa dia bertegur sapa dengan tetangganya saat perjalanan ke/dari masjid. Pagi indah yang sudah dihiasi dengan indahnya salam.

5. Dzikir pagi pun tak lupa dia panjatkan, memohon agar hari itu penuh keberkahan.

6. Kotak infak berdiri di ujung di meja kamarnya. Dan diisinya setiap pagi dengan rutin dengan jumlah rupiah yang konsisten pula.

7. Tilawah Quran adalah agenda wajib berikutnya.
Lantunan bacaan quran menggema di dalam kamarnya, tak jarang pula alunan ayat itu terdendang dari ruang tamu di kosnya.

8. Sejenak dia sempatkan membuka komputer yang terdapat di pojok kamarnya atau disusunnya agenda hari itu di buku agenda merahnya.

9. Next, dia ganti baju dengan baju olah raga. Sepatu pun dipakainya.
Lari pagi plus push up dkk menyegarkan paginya. udara segar memenuhi paru-paru dan aliran darah dalam tubuhnya.
pikiran negatif dan penyakit keluar bersama keringat yang bercucuran di badannya.
yang tersisa hanyalah pikiran positif dan rasa optimis.

10. Capek setelah olah raga, the disandarkannya tubuh di depan TV menikmati kajian (biasanya di MNC TV ada ust. Yusuf Mansyur) atau kadang juga ditemani kajian pagi radio Dakta.
Penyegar qolbu di pagi hari.

11. Diambilnya handphone yang tergeletak di tempat tidurnya. Dia obati rasa kangennya dengan menelepon orang tua. Maklum, anak perantauan yang jauh dari keluarga.
Suara dari handphone yang merekatkan hubungan orang tua dan anak itu selain hubungan melalui doa yang dipanjatkan.

12. Perutpun mulai berdemonstrasi, makan pagi pun segera menyusul. Tapi untuk ini dia harus menyiapkannya sendiri (belum ada yang melayani).

13. Sambil makan disempatkannya lihat berita di TV. Mengisi otak dengan informasi terbaru untuk bekal pengetahuan hari itu.

14. Menyegarkan badan dengan mandi, langsung pakai baju seragam. Tak lupa senyuman manis dia berikan kepada seseorang yang muncul dari dalam cermin kamarnya.

15. Berangkatlah dia beraktifitas dengan wajah cerah, badan segar, dan senyum terkembang.

16. Sepanjang perjalanan dibiasakannya melantunkan sedikit hafalannya.

17. Sampai di kantor langsung di sambut dengan sholat dhuha.

18. Dan siaplah dia memacu hari dan bersiap menggapai anugerah Allah yang luar biasa

……………………………………………………………………………….
Subhanallah, kagum aku berdiskusi dengannya, dia memang memiliki pagi yang luar biasa.
Disaat pemuda lain seusianya lebih memilih tidur sehabis shubuh, dia memilih untuk beraktifitas yang luar biasa.

Padahal kalau saya perhatikan amanah yang dia emban juga sangat banyak, bahkan lebih banyak dari pemuda seusianya dan teman-teman sebayanya.

Dan bisa jadi dia lebih capek dari kita, tapi senyum tulusnya mengurangi rasa lelah badannya
Dan tidurnya pun juga sekitar jam 11 malam, tetapi dia bisa bangun sebelum shubuh untuk “berduaan” dengan Sang Penciptanya.

Kadang aku iri kepadanya, kenapa aku tidak bisa mengelola pagi seperti itu???
………………………………………….
Walaupun memang tidak setiap hari dia melakoni pagi sekompleks itu, setidaknya dia berusaha dalam sepekan ada 2 hari seindah itu.

Semoga dia bisa tetap istiqomah sekarang dan setelah dia berkeluarga nanti, bahkan akan lebih luar biasa kehidupannya.

Dan semoga kita bisa mencontohnya, karena dia juga manusia biasa.
Dia makan nasi juga,
Dan dia juga seperti kita.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mmm.. itu sebenernya cerita si penulis atau teman si penulis.. krn meskipun ditutupi dlm keanekaragaman bahasa,saya sebagai pembaca bisa menilai klo sebenernya itu cerita penulis.. maaf klo salah,tapi ada di beberapa point yg menjelaskan itu... mungkin si penulis mencoba merendah,tapi klo sdh menjadi part sebuah cerita lebih baik diceritakan gamblang aja..

Posting Komentar