Senin, 22 November 2010

Hati - hati depan Stasiun Balapan

Pagi itu suasana sekitar stasiun Balapan Solo lumayan panas. Setelah lebih dari 11 jam berjibaku didalam kereta dari Jakarta, badan lumayan pegel, capek dan butuh kesegaran.

Awalnya pengen sejenak bersandar di musholla di dalam stasiun, tapi ternyata mushollanya dikunci.
Lho, bukannya itu adalah tempat ibadah yang seharusnya buka 24 jam. Kok Cuma buka pas waktu sholat doang?
Itulah salah satu fenomena di indonesia. Mungkin karena khawtir barang berharga dalam masjid/musholla dicuri, atau takut kotor, atau takut dibuat tidur orang lain.
Tru apa gunanya memperindah masjid kalau ujung-ujungnya masjidnya “terkunci”??
Wallahu alam.
Udahlah, ga masalah. Lebih baik cari masjid diluar stasiun aja.

“ojek mas....”
“taksi pak..!”
“becak mas, mau kemana.....”
Tawaran dari tukang ojek, taksi, dan becak menyambutku keluar dari lorong stasiun. Berebut mencuri perhatianku.
Bagaikan artis disambut meriah saat keluar dari gedung pertunjukan.

“terima kasih pak.” Jawabku singkat.
Karena memang sebelumnya sudah telepon teman untuk menjemputku.
Karena aku juga tidak tahu alamat tempat yang akan kutuju.

Kulayangkan pandangku menusuri jalanan,
Perut memberi sinyal yang langsung ditangkap otak. Lalu diteruskan ke syaraf mata.
Matapun aktif mencari tempat yang bisa memenuhi hasrat perut.
Dan pilihan itu jatuh di warung soto kuali. Tepat di depan stasiun Balapan.
Alhamdulillah,
Cukup 8 ribu, soto satu mangkok, teh hangat plus 2 tempe goreng.
Dan perutpun sudah selesai berdemonstrasi. Setidaknya rasa lapar bisa diobati sampai nanti sampai ditempat walimah teman. “kan disana nati juga ada hidangan yang bisa di makan.” he..he...

What next???
Karena nanti mau ke kondangan temen, maka yang harus dilakukan adalah MANDI dan bersih-bersih.

”Bu, masjid ingkang celak mriki pundi ??? tanyaku dengan bahasa jawa yang sudah kususun sebelumnya.
”Oo, dalan niki lurus, terus menggok kiwo. Lha mengke wonten masjid” jawab ibu penjual soto.
”Matur Suwun Bu!” jawabku dengan senyum sok akrab.

Oke, Masjid I’m coming...
Memang, masjid menjadi tempat favorit ketika perjalanan. Tempat singgah paling nyaman dikala tersesat di daerah antah berantah. Tempat yang selalu berkenan menerima tamu setiap saat. Tempat yang menentramkan dan membuat hati nyaman. Itulah Masjid.

Ternyata jaraknya lumayan juga. Jalannyapun banyak cabangnya.
”yang mana ni jalannya” gumamku.

Sifat sok tahu pun muncul.
”mungkin belok sini”
Tapi, Kucari-cari kok ga ada bangunan yang mirip masjid. Dimana ya??
Di seberang jalan kulihat ada wanita yang sedang berdiri seakan-akan menunggu seseorang.
mungkin wanita itu tahu, dan akupun berniat pengen bertanya padanya.
Belum sempat kutanya, eh dia malang bicara duluan.
“Pelayanan mas.!!” Katanya
“maaf, apa mbak?” tanyaku, yang memang saat itu suaranya kurang jelas.
”pelayanan Mas..” katanya lagi.

”Pelayanan ??” jawabku spontan
Dalam hati bingung juga, pagi-pagi gini (sekitar jam 9 pagi) ada pelayanan apa.
Pelayanan SIM??? Bukan
Pelayanan kesehatan......apalagi
Pelayanan Bank..... ga mungkin.

Setelah dipikir-pikir ternyata maksudnya ”pelayanan gituan”

Astragfirullah, ampuni aku ya Allah.

Berlalu kumeninggalkannya sambil masih bingung dan shock.
Eh, belum selesai shock yang kualami dari depan ada motor matic yang tepat berada di depanku, seolah-olah mau menabrakku.
Pengandaranya seorag wanita dengan make up menor dan baju seksi.
Ternyata sama aja.
Tawaran itu lagi yang muncul dari bibirnya.

Ngimpi apa semalem, kok pagi-pagi udah ditawarin hal-hal ga jelas.

Jalan lagi lah sambil terus istigfar.
Disebuah persimpangan jalan terpampang jelas disebuah tembok bangunan tulisan
CEWEK-CEWEK DILARANG MANGKAL DISEKITAR SINI, MENGGANGGU KENYAMANAN WARGA”

OOO, paham aku. Ternyata daerah situ memang biasa buat magkal wanita-wanita ”nakal”.

Ya udahlah, kembali ke tujuan semula nyari masjid.
Sampailah di masjid yang ditunjukkan penjual soto. Setelah minta izin kepada penjaga masjid, Let’s action.....
Bersih-bersih, mandi, ganti baju, plus sholat dhuha pun telah dilaksanakan.
Plus tambahan doa biar kuat iman kalau nanti ada yang nggodain lagi.

Saatnya balik lagi ke stasiun, karena teman yang jemput sudah hampir sampai.
Kucoba lewat jalan yang berbeda dengan harapan ga ada yang nawarin lagi.
Wah, ternyata perkiraanku salah. Di jalan yang lain pun malah lebih banyak yang mangkal dipinggir-pinggir jalan.
Ya Allah, sudah sebegitu rusakkah akhlak manusia?????
Dengan wajah tenang, langkah tegap, dan sok ga peduli kulewati kerumunan mereka.

Astagfirullah aladzimi

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Asslm ww
salut buat sampeyan...
tetep jaga diri akhi.....

Posting Komentar