Kamis, 31 Maret 2011

Mencari Alasan untuk BAHAGIA

Aku bahagia karena aku hidup
Aku bahagia karena aku masih bisa bernafas
Aku bahagia karena masih bisa melihat
Aku bahagia karena masih mampu mendengar


Aku bahagia karena aku masih punya banyak kawan
Aku bahagia karena masih mampu berjabat tangan sembari melantunkan salam
Aku bahagia karena masih bisa tersenyum menceriakan suasana
Aku bahagia karena aku masih bisa berkarya
Aku bahagia karena aku bisa bermanfaat bagi sesama

Aku gembira karena masih punya tenaga untuk sholat
Aku gembira karena masih diberi waktu untuk tilawah
Aku gembira karena masih diberi kesempatan untuk bisa bangun sebelum shubuh
Aku gembira karena masih mampu berbakti pada orang tua
Aku gembira karena masih ada rizki yang bisa diinfakkan
Aku gembira karena masih ada rizki untuk mencukupi kebutuhan

Aku bersyukur karena aku diberi musibah
Aku bersyukur karena aku mendapat ujian
Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk menerima cobaan
Aku bersyukur karena masih bisa memaafkan

Aku sangat berbahagia atas anugerah iman
Aku sangat bergembira akan hidayah Islam
Dan aku sangat bersyukur karena masihmempunyai Allah, Rabbu alamin


Dengan berbahagia, kan kudapat segalanya
Dengan bergembira, kan kuraih cita-cita
Dan dengan bersyukur kuharap RidloNya

Read More......

Kehilangan itu biasa

Setelah sholat dzuhur berjamaah, segarlah jiwa Ipin. Segera dia keluar dari masjid dan berharap bisa segera pulang. Hari Minggu itu dia menikmati liburan di rumah, sejenak rehat dari aktivitas kerjaan yang menyita banyak waktunya.
Tidak peduli siang maupun malam,
Tak peduli tanggal merahpun kadang tugas selalu menanti.
Tanggal hitam jadi merah, tanggal merah jadi hitam.

Sampai di teras masjid, dia mencari-cari sendal kesayangannya (sandal satu-satunya yang dia punya)
Terkejut Ipin tidak mendapati sendalnya.
Ditunggunya sampai jamaah pulang semua sambil berharap ada sendal tersisa yang bisa dia pinjem buat pulang.
Dalam hati dia mengatakan mungkin sendalnya tertukar sama jamaah lain.

Tapi ternyata sendalnya benar-benar hilang dan tak kembali.




..........................................
..........................................
Pernahkah anda kehilangan sendal ??
Atau pernahkah anda mengambil sendal orang lain???

Ketika kehilangan sendal, mungkin kita dengan santai mengatakan,”Ah, ga apa-apa. Semoga sendal itu bermanfaat buat orang lain.”
“dengan hilangnya sendal ini, berarti aku akan dapat sendal yang baru (sendal baru)”
Itu mungkin beberapa kalimat untuk memotivasi diri sendiri, dan wujud keikhlasan untuk merelakan sendal.
Dan akan dengan cepat kita melupakan kehilangan sendal kita.....
Ikhlas....
Ikhlas.....
Waktupun berlalu dan terlupakanlah sendal itu dan ketika mengingat kejadiannya, tak ada penyesalan atau rasa sakit di hati.



Beberapa waktu kemudian, si Ipin kaget setelah melihat kantongnya. Ternyata dia kehilangan uang sebesar 300 ribu.
Dia sibuk mencari uang itu setiap lorong di kamar dan rumahnya dijamah sampai tuntas.
Bahkan diambil motornya lalu dia menyusuri jalanan yang dia lewati tadi sambil mengingat ingat kira-kira dimana uang itu jatuh.........
Hatinya masih sakit dan merasa sangat kehilangan.
Dia membayangkan apa yang bisa dia lakukan dengan uang sebesar itu.
Dibayangkannya dia bisa membeli banyak barang dengan uang itu.
Seiring berjalannya waktu, dia mulai lupa akan kehilangan uang 300 ribu.
Tapi ketika mengingatnya, masih ada rasa sakit yang menjalar di hati.


Itu baru 300 ribu,
Pernah ada seseorang yang kehilangan uang 10 juta. Padahal uang itu ditaruh di dalam kamarnya.
Hatinya sakit, kecewa. Dan pikirannya tertuju pada orang-orang yang sering masuk ke kamarnya.

Ketika kita kehilangan harta yang bisa dibilang jumlahnya besar, akan semakin sakit yang terasa dalam hati ini.
Coba bayangkan. Uang 10 juta yang kita cari dengan susah payah, tiba-tiba hilang begitu saja. Sakit ga hati anda??

Bahkan tak jarang, kehilangan uang tersebut memicu kita untuk pergi ke dukun.


Ujian dari Allah memang datang untuk menguji keimanan diri.
Seiring tumbuhnya iman di hati, akan semakin berat pula ujian dan cobaan yang allah berikan.

Ketika kehilangan sendal, kita masih mampu untuk tersenyum sembari mengikhlaskan kepergian sendal tersebut.
Seyogyanya, ketika kita kehilangan uang yang besar (misal 10 juta) kita usahakn untuk bersikap sebagaimana kehilangan sendal.
Ikhlas dan merelakannya.
Lebihi indah membayangkan dan memikirkan sisi positif dari kehilangan tersebut.

Dengan kehilangan uang 10 juta, berarti aku akan mendapatkan ganti yang lebih banyak dari Allah
Dengan raibnya uang 10 juta, berarti akan terbuika pintu-pintu rizki yang lainnya,
Dengan hilangnya uang tersebut, semoga menjadi kafarat atas harta-harta haram yang tercampur dalam hartaku.
Dengan hilangnya uang itu, semoga sebagai pengganti musibah atau bencana yang akan Allah datangkan padaku.

Karena dengan kehilangan uang itu, kita juga masih bisa hidup,
Masih tercukupi kebutuhan, dan
Masih bisa berusaha untuk menjemput rizki allah yang bisa jadi jauh lebih besar lagi.

Jadi, sabarlah dan syukurilah atas kehilangan itu.
Karena itu hanyalah uang,
Dan tidak setiap orang diberi kesempatan untuk mendapatkan cobaan seperti itu.
Kamu adalah insan yang terpilih, karena kamu mampu menghadapinya.

Dan tetaplah berdoa agar dirimu tidak kehilangan hal paling berharga dalam hidup,
Yaitu kehilangan Iman dan Islam.

Karena dengan Iman dan Islam itulah kau menjadi manusia yang mulia.
Dan iman dan Islam tak akan terbeli dengan melimpahnya harta,
Iman dan islam adalah anugerah,

Selamat menjadi manusia mulia dengan menikmati keindahan Iman dan Islam




#real story from someone


Read More......

Rabu, 30 Maret 2011

Bila kamu (jujur) pada Allah, maka Allah akan menepati (janji-Nya) kepadamu

ada seorang Badui datang kepada Rasulullah SAW lantas beriman kepadanya dan mengikuti (ajaran Islam).
Sang Badui bertanya (kepada Nabi), Apakah saya hijrah bersamamu?
Maka Rasulullah SAW menitipkan orang Badui tersebut kepada sahabatnya untuk hijrah.

Ketika terjadi perang Khaibar, Rasulullah memperoleh harta rampasan dan membagi-bagikannya.
Nabi SAW memberi bagian buat orang Badui itu dan menitipkan bagiannya itu kepada sahabat. Saat pembagian, orang Baduai tidak ada, sedang menggembalakan unta mereka (para sahabat).

Ketika datang, para sahabat menyerahkan bagian itu kepadanya, Ia lantas bertanya, “Apakah ini?”
Mereka menjawab, “Ini adalah bagian yang telah ditetapkan oleh Rasulullah untukmu.” Orang Badui mengambil bagian tersebut dan membawanya kepada Nabi SAW.

”Tidak karena ini saya mengikutimu, akan tetapi saya mengikutimu agar leherku ini ditembus oleh anak panah, hingga saya mati lalu masuk surga.”

Rasulullah SAW berkata, “Bila kamu (jujur) pada Allah, maka Allah akan menepati (janji-Nya) kepadamu.”

Setelah itu para sahabat bangkit untuk memerangi musuh.
Kemudian orang Badui dibawa ke (hadapan) Nabi SAW dalam keadaan syahid.

Lantas Rasulullah SAW bersabda, “Diakah orang itu ?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Benar.” R
asulullah SAW bersabda, “Ia jujur kepada Allah, maka Allah membuktikan (janji-Nya).”

(Sunnah An-Nasai 4/60. Kitabul Janaiz, bab Ash-Shalatu ‘Alasy-Syuhada).
Read More......

Selasa, 22 Maret 2011

ayo MABIT yuuuk.....


Ayooo mabit yuk......
Insya Allah, buanyak banget manfaatnya.
MABIT ini terbuka ungtuk IKHWAN dan AKHWAT.
 
So, ajak teman-teman dan keluarga semua.......
Read More......