Senin, 22 November 2010

ngono yo ngono ning ojo ngono


Ketika kuliah dulu, teringat ada salah seorang bapak-bapak yang sering memberi wejangan “ngono yo ngono ning ojo ngono”.
Sempat bingung juga sih, apa maksudnya. Tetapi ketika ditanyakan maknanya,yang kami dapat jawabannya,
” ya, kalian akan mengerti sendirilah nanti (kalau sudah bekerja)”
Sebuah makna yang ambigu dan tidak jelas

"Ngono ya ngono, ning aja ngono" adalah contoh ungkapan yang membingungkan.

Arti harfiahnya: begitu ya begitu, tapi jangan begitu.
Kedengaran sangat ambigu, tidak jelas, dan lebih-lebih lagi tidak tegas.
Membingungkan, membuat orang ragu!

Kalau ditanya, lalu bagaimana? Orang bisa gagu untuk menjawabnya.
Paling-paling, setelah berputar-putar, jawabannya bisa: "Ya, pikir sendirilah!"
Seakan penilaian, pemahaman, dan pengamalan ungkapan falsafati itu diserahkan kepada masing-masing orang tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

Fleksibel memang, tapi sekali lagi membingungkan! Coba, kalau ungkapan falsafati itu dipakai sebagai landasan untuk memberantas korupsi, kan repot!
Tidak ada standard mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.

An-Nu'man bin Basyir berkata,
"Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
'Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. 
Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. 
Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. 
Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. 
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'" 
(HR. Bukhori)

So, jangan biarkan diri kita terobang-ambing dalam keraguan yang terjerumus ke dalam syubhat.

Buatlah standard yang jelas tentang tindakan diri dan yakinlah akan ada mekanisme pertanggungjawawan di hari akhir nanti.

karena, pekerjaan kita penuh dengan tantangan dan godaan.


Halal itu jelas
Dan haram itu jelas

0 komentar:

Posting Komentar