Jumat, 03 Juli 2009

mau pemimpin baik? perbaiki dulu diri kita...

SOLUSI KEPEMIMPINAN RI

Pergantian pemimpin selalu terjadi di setiap negara. Pada umumnya pemimpin-pemimpin itu mempunyai andil besar bagi upaya untuk memajukan bangsa dan negara. Dari waktu ke waktu rakyat semakin makmur dan kondisi negara semakin kuat. Itulah dambaan ideal sebuah pergantian kepemimpinan.

Berbeda dengan republik ini, setiap terjadi prubahan kepemimpinan, rakyat umumnya semakin sengsara. Negara ini semakin lemah, terutama di bidang ekonomi. Maka unjuk rasa selalu terjadi, rakyat tidak sabar lagi menunggu lebih lama untuk menanggung derita. Jari telunjuk diarahkan kepada pemimpin. Pemimpin disalahkan, pemimpin dihujat, dan pemimpin dituntut mundur. Begitulah yang terjadi setiap periode.

Benar, kalau kita bicara tentang siapa yang salah, terkait dengan buruknya mentalitas para penegak hukum dan bobroknya masyarakat, maka yang paling berhak disalahkan adalah para pemimpin, terutama Kepala Negara. Mereka bertanggung jawab dunia akhirat.

Oleh karena itu, 14 Abad yang lalu Rasul saw telah menngingatkan
Sesungguhnya jabatan itu adalah amanah dan sesungguhnya pada hari kiamat nanti ia menjadi (sebab) kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan benar dan melaksanakan kewajiban yang dibebankan atasnya dari jabatan itu. (HR. Muslim 4823)

Menyalahkan memang mudah, tapi kita seharusnya introspeksi diri. Mengapa bangsa ini terus-menerus mendapatkan pemimpin yang tidak/kurang baik?

Pada kesempatan lain Rasulullah saw bersabda
Hendaklah kamu menyuruh kepada yang ma’ruf, hendaklah kamu mencegah kemunkaran, hendaklah kamu menggalakkan kebaikan, dan jika tidak, Allah Ta’ala pasti menimpakan adzab atas kamu semua atau memberikan kekuasaan atasmu kepada orang yang buruk di antara kamu, lalu orang-orang baik di antara kamu berdoa dan Allah tidak mau mengabulkan kamu (HR. Ahmad 23360)

Inilah persoalan yang lebih penting yang selama ini sangat kurang diperhatikan. Ternyata salah satu sebab munculnya pemimpin yang buruk adalah kesalahan yang ada pada rakyat sendiri, yaitu karena rakyat bersikap cuek, tidak peduli apakah orang disekitarnya melaksanakan sholat 5 waktu dan kewajiban-kewajiban lainnya. Tidak peduli bahwa lingkungannya terjadi kemaksiatan dan kemunkaran. Karena kesalahan seperti ini Allah Ta’ala menghukum kita dengan memberikan kekuasaan kepada orang yang buruk dan ketika pemimpin yang buruk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat orang-orang baik berdoa tapi Allah ta’ala tidak mau mengabulkannya

Maka tunggulah Pemilu kapanpun. Jika sikap rakyat masih seperti ini, pemimpin yang terpilih besar kemungkinan hanya pemimpin-pemimpoin yang buruk. Nabi Muhammad saw telah menyatakan
Sebagaimana keadaan kamu, begitulah kamu diberi pemimpin (Musnad Ibn Syihab 577)

Ibaratnya, kalau mayoritas penduduk suatu kampung adalah pemabuk, jangan mengharap munculnya kepala desa yang taat beragama. Sebab kualitas pemimpin hampir selalu sama dengan kualitas mayoritas rakyatnya.

Anda ingin Indonesia berubah? Ingin mendapatkan pemimpin yang baik, yang membawa rakyat pada kehidupan makmur yang diridloi Allah ta’ala?

Mari kiat gerakkan bangsa Indonesia untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan memakmurkan amsjid. Mari kita galakkan semuanya untuk mengamalkan segala kebaikan. Jika mayoritas rakyat Indonesia berkualitas baik, maka pemimpin yang muncul pastilah pemimpin yang berkualitas baik. Sholat 5 waktu dan memakmurkan masjid adalah langkah-langkan awal perbaikan kondisi ummat. Tanpa ini upaya-upaya lain tidak akan efektif. Karena orang yang aktif ke masjid diberi kesaksian sebagai orang yang beriman dan yang malas menghadiri sholat Isya’ dan shubuh diindikasikan sebagai orang munafik.

Allah Ta’ala berfirman,”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat...(At Taubah : 18)

Rasul saw bersabda,” Tidak ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafik daripada sholat shubuh dan isya’. Seandainya mereka tahu nilai yang terkandung di dalam kedua sholat itu, pastilah mereka mendatangi (masjid tempat) kedua sholat itu meskipun dengan merangkak. (HR. Bukhori 617)

Selain itu, aktif ke masjid menyebabkan seseorang akrab dengan masjid, menjadi ringan untuk menghadiri kajian-kajian agama, sehingga ilmu dan amalnya meningkat. Maka iman dan takwanyapun menjadi kuat. Mari bersama perbaiki bangsa mulai dari diri kita sendiri

(dikutip dari Renungan Sholat Berjamaah – M. Zubaidi)

0 komentar:

Posting Komentar