Jumat, 03 Juli 2009

ABOUT ME & MY MOM

ABOUT ME & MY MOM

Pulang kampung adalah hal yang sangat kurindukan. Setelah lebih dari 3 bulan berkutat di perantauan, rasa rindu semakin tak tertahankan. Bapak, Ibu, kakak..... aku kangen!

Walaupun hampir setiap hari ibu selalu menghubungiku lewat telepon, tetapi itu tidak cukup untuk mengobati kerinduan ini.

Akhirnya aku pulang juga. (liburan pemilu legislatif 2009)

Berkumpul dan berdiskusi dengan keluarga adalah momen langka dalam hidupku. Karena sejak kecil aku tidak terbiasa curhat atau mengadu kepada keluargaku. Aku terbiasa memendam masalah itu sendiri dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Dan kalaupun ada masalah yang berat, akan kudiskusikan pada teman atau ustadz yang kukenal. Intinya aku merasa bahwa aku tidak ingin merepotkan orang tuaku lagi, karena mereka sudah terlalu banyak berjuang dan berkorban demi aku. Dan sampai saat ini aku belum mampu membalasnya. Maafkan aku ibu...

Hari itu adalah hari kamis malam, setelah ikut pengajian dan bantu bersih-bersih masjid di depan rumahku aku berbincang-bincang dengan ibuku (beliau adalah sosok panutan dan wanita yang sangat kusayangi)

Perbincanganku dengan ibu membicarakan banyak hal tentang perjalanan hidup yang akan kulalui. Mulai dari masalah pekerjaan, menikah, pendidikanku, kewajibanku terhadap orang tua, dan tak lupa kami juga berdiskusi tentang masalah keIslaman (karena ibuku juga seorang aktifis di organisasi Aisyah/Muhammadiyah)

Masalah pekerjaan, ibu mengatakan bahwa ibu sangat bersyukur pada Allah karena pekerjaan sudah tersedia dan itu adalah sebuah amanah yang harus aku laksanakan dengan maksimal. Ibu berpesan bahwa pekerjaan ini adalah salah satu jalan untuk menggapai ridho Allah, jangan sampai pekerjaanku ini menjadi penyebab murka Allah ta’ala.

Dari dulu ibu berpesan padaku bahwa syukur itu mutlak dilakukan. Salah satunya yang ditekankan oleh ibuku adalah aku harus mempunyai anak asuh (anak yatim). Selain itu ibu juga mengatakan bahwa jika ada rezeki, beliau ingin sekali beribadah haji ke Baitullah. Mendengar hal itu hatiku bergetar dan rasanya ingin menangis. Aku selalu berharap semoga Allah mengundang ibuku menunaikan haji melalui perantaraan diriku. Betapa indahnya jika aku bisa memberangkatkan orang tuaku beribadah haji. Suatu kebanggan dan amal nyata dari bakti pada kedua orang tua.

Masalah pernikahan, ibu mewanti-wanti aku agar hati-hati dan tidak salah memilih pasangan hidup. Beliau mengutarakan pendapatnya tentang berbagai macam kriteria yang beliau inginkan. Seperti harus sholihah, punya pekerjaan (sebenarnya aku ingin istriku menjadi ibu rumah tangga atau mempunyai usaha di rumah, sehingga bisa merawat anak-anakku secara maksimal. Aku tidak ingin anak-anakku dibesarkan oleh pembantu. Karena kasih sayang seorang ibu terhadap anak tidak akan tergantikan), selain itu ibuku menyinggung masalah kesukuan dan adat istiadat tentang pernikahan. Karena ilmuku tentang masalah ini masih kurang, aku mengiyakan pendapat ibu.

Walaupun sudah lama berkecimpung di Muhammadiyah, ternyata ibu belum paham tentang hakikat hubungan laki-laki – perempuan dalam hal pacaran. Ibuku, kakak, bu lik, bu dhe.... selalu menanyakan tentang pacar kepadaku. Mereka bahkan mengizinkan aku untuk berpacaran, karena menurut mereka pacaran adalah salah satu jalan pengenalan menuju jenjang pernikahan.

Terang saja aku tidak setuju dengan hal itu. Ketika aku ditanya tentang pacar, dengan jelas kujawab, ”aku tidak mencari pacar, tetapi aku mencari istri karena tidak ada istilah pacaran dalam Islam.” entah keluargaku mengerti atau tidak, tetapi itulah prinsipku.

Di keluargaku aku adalah anak terakhir dan aku satu-satunya anak laki-laki. Semua kakaku sudah menikah dan sudah mempunyai anak. Tinggal aku yang belum menikah. Kapan Ya???

Setelah diskusi panjang lebar tentang kehidupanku, kami akhirnya masuk ke perbincangan tentang pemilu (maklum, karena hari itu tanggal 9 april). Sambil melihat TV yang menayangkan penghitungan cepat oleh berbagai lembaga survey, kami berdiskusi tentanng kondisi politik indonesia. Maklum, selain aktif di Muhammadiyah, ibuku juga sedikit berkecimpung di PAN. Tetapi aku tidak mengatakan afiliasi politikku, khawatir kalau nanti ibu sedikit kecewa.

Perbincangan kami seru sekali. Sampai akhirnya kakakku yang baru datang bertanya bahwa tadi pagi aku nyontreng apa? Langsung kujawab bahwa aku nyontreng PKS. Ternyata ibuku sudah tahu bahwa afiliasi politikku adalah PKS. Aku jadi kaget, kok ibu tahu padahal aku tidak pernah menunjukkan atribut waktu pulang ke rumah. Ibuku lalu menjelaskan bahwa beliau tahu afiliasi politikku melalui buku-buku yang sering kubaca, gaya bicaraku, dan pandanganku terhadap berbagai masalah baik di dalam maupun luar negeri terutama yang menyangkut masalah negeri Islam (Palestina). Yang membuatku bingung adalah ibu juga menyoroti masalah gaya ibadahku. Aku kaget, apa bedanya gaya ibadah orang PKS dengan ibadah pada umumnya? Aku menjelaskan bahwa PKS itu hanyalah sebuah afiliasi politik, dan agamaku tetap Islam. Tuhanku Allah ta’ala, Rasul saw teladanku, Al Quran pedomanku, dll.

Ternyata bukan itu maksud ibukku. Lalu beliau menasihatiku agar berhati-hati dalam ikut partai. Karena dalam pandangan ibuku dan orang-orang daerah, PKS adalah kelompok islam garis keras (seneng demo, seneng jihad, dll) tidak seperti ummat Islam kampung pada umumnya. Lalu aku menjelaskan tentang hakikat Islam sesuai dengan ilmu yang aku miliki. Seneng rasanya bisa berdiskusi panjang lebar dengan ibu mengenai masalah itu. Sehingga aku bisa menjelaskan tentang pandangan hidupku secara terbuka. Karena dulu aku takut untuk mengatakannya kepada ibu. Tetapi sekarang malah ibuku sendiri yang bertanya kepadaku. Alhamdulillah.....

Lalu diskusi kami lanjutkan mengeenai masalah ibadah dan berbagi macam khilafiyah yang menyertainya. Dari diskusi itu aku mendapat banyak ilmu dari ibu dan ibu merasa puas denga berbagai argumen yang kuutarakan mengenai beberapa ibadah. Kami juga menyinggung tentang pembinaan generasi muda di daerah yang masih kurang diperhatikan. Akhirnya kuberanikan diri untuk menjelaskan tentang Liqo/Halaqoh sebagai ajang pembinaan generasi muda. Dan kelihatannya ibuku tertarik.

Tak terasa diskusi kami berlangsung lama, sehingga jam menunjukkan pukul 00.30. karena ngantuk dan esok masih banyak amanah yang harus dikerjakan maka kami megakhiri diskusi itu dan tidur.

Terimakasih ibu, itulah diskusi terindah yang pernah kualami bersamamu. Kuharap engakau tidak kecewa dengan apa yang didapat puteramu setelah sekian lama menuntut ilmu di tanah rantau. Semoga sedikit ilmu yang kubagikan akan bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih atas segala nasihatmu. Dan semoga Allah mengabulkan permohonanmu melalui perantaraan puteramu sebagai tanda baktiku kepadamu..... amin.....

Khoms, 210409

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Anak bungsu mami :)

Posting Komentar