Jumat, 03 Juli 2009

UbaH paRadiGma……sunnah

UbaH paRadiGma……sunnah

Sejak dari TK sampai SMA kita diajari bahwa suatu amal disebut sunnah adalah bila dikerjakan akan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak apa-apa. Mungkin itulah yang sudah terpatri dan kita jadikan dasar dalam memandang hal yang sunnah

Untuk meningkatkan motivasi kita dalam beramal, mari kita ubah sedikit pandangan kita mengenai sunnah tanpa mengubah makna asalnya.

Pandangan kita dalam melihat amalan sunnah hendaklah beranggapan bahwa suatu amalan yang bila dikerjakan akan mendapat PAHALA dan bila ditinggalkan maka kita merasa RUGI karena telah meninggalkan sesuatu yang dapat menambah kebaikan pada diri kita.

Untuk lebih mudahnya, mari kita bayangkan .....

Suatu hari Arif (bukan nama sebenarnya) diberi ayahnya sebuah tas yang di dalamnya berisi uang sejumlah 10 juta. Uang itu dijamin halal dan nyata-nyata pemberian ayahnya. Ayahnya berkata bahwa Arif dipersilakan untuk memilih. Arif boleh mengambil uang itu atau menolaknya.

”Jika kamu ambil maka uang itu akan bermanfaat bagimu dan bila tidak kamu ambil maka tidak ada hukuman bagimu dan kamu tidak mendapatkan apa-apa.” kata ayah pada Arif.

Seandainya kita adalah Arif, apa yang akan kita lakukan ???

Saat itu Arif punya kesempatan untuk mengambil dan memanfaatkan uang yang jelas halal itu. Dan kesempatan itu belum tentu akan terulang lagi

Jika Arif menerima uang itu, tentu dia akan sangat bahagia. Dia bisa memanfaatkan uang itu sesuai keinginannya

Jikalau Arif tidak menerima (menolak) uang itu, maka bisa dibilang dia benar-benar bodoh, karena melewatkan kesempatan emas tersebut. Dia akan sangat rugi dengan tindakannya itu.

Jika kita ada di posisi Arif, kita AMBIL atau kita TOLAK uang itu?

Itulah sedikit gambaran tentang fenomena amalan sunnah yang disediakan Allah Ta’ala sebagai penyempurna ibadah wajib kita dan sebagai ibadah tambahan bagi kita.

Ayo kita budayakan amalan sunnah dalam keseharian kita. Mulai dari sholat rawatib, tahajud, dhuha, tilawah, infak, puasa senin-kamis, puasa daud, dan amalan sunnah lain. Tentunya sesuai dengah kemampuan kita masing-masing. Karena kapan lagi kita bisa maksimal beribadah kepada Allah Ta’la kalau tidak saat ini. Mumpung kita masih diberi kesempatan untuk hidup, mari kita manfaatlan sebaik mungkin. Kalau kain kafan sudah menyelimuti diri, ajal sudah terjadi, maka penyesalan tiada berarti.

Khom’s 1 juni 08

0 komentar:

Posting Komentar