Rabu, 22 Desember 2010

dia yang menuntunku pulang

Sabtu pagi sampai sore,
Masih melaksanakan amanah dan tugas di Jakarta.
Jakarta Timur-Jakarta Pusat-Jakarta Utara.

Sabtu petang,
Berhasil sampai di kos dengan tenaga yanng sedikit terhempas di jalan dan segera prepare barang dan perlengkapan

Sabtu malam,
Stasiun jatinegara menjadi tempat singgah, kereta api segera mengantarkan diri menuju kutoarjo.

Ahad dini hari,
Beberapa saat sebelum shubuh, terlantar di stasiun di sebuah kota yang baru pertama kali kukunjungi.
Masjidpun menjadi pilihan utama menunggu mentari bersinar.
Dan angkot menjadi alternatif menuju hotel tempat teman-teman yang lebih dulu sampai menginap.

Ahad pagi,
Pantai laut selatan menjadi tujuan. Berjalan di tepi pantai, bertiup angin berhembus.
Sejenak mensyukuri anugerah Illahi. Merefresh otak dan pikiran. Suasana segar pedesaan berlanjut deburan ombak indah menawan.
Sepak bola pantai berhasil mengobati kenangan masa-masa kuliah. Sejenak, tapi cukup menguras tenaga.

Ahad siang,
walimah seorang sahabat di Purworejo. Pernikahan urutan keempat dari 52 orang angkatan kami. Dan ini berarti, sahabat ini harus menunaikan push up sebanyak 48 kali.
di tengah hadirin yang berbahagia menyambut pasangan baru ini, kami minta waktu untuk sebuah "eksekusi".
Push up 48 kali sebagai komitmen kesepakatan kami.
Dan Alhamdulillah itu terlaksana dengan baik.

Masih di ahad siang sekitar pukul 13.00.
Timbul rencana pulang kampung walaupun sebelumnya tak ada rencana untuk itu. Mumpung ada teman dan keluarganya yang bawa mobil, alhamdulillah bisa nebeng. Walaupun tidak langsung ke rumah. Tapi ga apa-apa.

Langsung berangkat menuju Jogja, singgah sejenak di kediaman adik dari seorang sahabat,
Lalu berlanjut naik turun gunung di gunung kidul.
pemandangan menawan di ketinggian. tantangan berkeloknya jalan, berputar membelah gunung.
naik, turun, putar, belok, itulah hiasan perjalanan. dan seprti itu pula jalan kehidupan yang kita lalui.
Badanpun sudah mulai ga karuan.

Ahad petang,
Sampailah di kota Pacitan. Rumah seorang sahabat yang baru pulang dari Batam.
Hanya sejenak diriku mampir di rumahnya.
sebentar menginjakkan kaki menyentuh bumi, setelah sekian lama berada dalam kuda besi.

Segera mencari bus untuk menuju Ponorogo tercinta karena hari mulai malam.
"masih ada ga ya, bus yang ke ponorogo?"
Dan ternyata tinggal satu bus yang akan berangkat dan itu bus terakhir.

Berlanjutlah perjalananku.
Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam molor menjadi 3 jam karena bus ngetemnya lama buanget. Bahkan banyak penumpang yang marah-marah gara-gara sopir tak kunjung memberangkatkan bus dan malah ngobrol sambil ketawa-ketawa di warung seberang jalan.

Ahad malam sekitar pukul 21.30
Sempat terlantar di kota kelahiran. Lengkap dengan guyuran gerimis hujan dan dilanda kelaparan. Lengkaplah sudah !!!
Sejenak menunaikan kewajiban sholat maghrib-isya jama’ qoshor di masjid terbesar di kotaku,
Mulai berjalan menuju rumah tinggal sambil mengenang perjalanan panjang di luar rencana.

Jam 22.00 baru nyampe rumah. Alhamdulillah langsung disambut keluarga dengan hangat.
Ngobrol melepas kangen dan bertukar kisah.

Senin jam 11.00
Sudah harus ada di terminal karena bus akan berangkat.
Bus dari Ponorogo menuju Jakarta.
Terpaksa meninggalkan keluarga tercinta untuk menuju ibu kota menunaikan tugas negara.
Kalau kuhitung-hitung, diriku berada di rumah hanya beberapa saat.
Ditambah badan serasa patah-patah setelah menempuh perjalanan sangat panjang dan melelahkan.

Dan akhirnya jalan panjang kembali kunikmati dari balik kaca sebuah bus executive.
Hamparan sawah, rimbunnya hutan melambai seolah berpamitan denganku.
Inilah saatnya tidur panjang, sebagai pengganti waktu istirahat yang hilang dua hari terakhir ini.
Dan kusiapkan tubuh, karena esok amanah sudah menanti.
Kerja-kuliah-dan banyak lagi.

Sebuah perjalanan yang luar biasa....

Sempat kuberpikir dan merenung, apa yang membuatku memutuskan untuk pulang ke kampung walaupun dari segi waktu dan tenaga sangat terbatas.

Ternyata, tarikan batin anak-orang tua yang menuntun jiwaku menuju rumah.
Rasa sayang dan rindu ayah-ibu yang membuatku mellupakan rasa lelah dan remuk badan.

Asalkan bertemu dan berkisah dengan ibu, rasa lelah terobati,
Asalkan bisa kucium kedua tangan beliau, hilang sudah beban di jiwa.
Asalkan bisa menatap wajah beliau yang berhiaskan senyum nan cerah, kan kutempuh perjalanan panjang walaupun penuh perjuangan.

Selagi Allah masih memberikan waktu.
Sebelum saat itu datang,
Ketika beliau meninggalkanku, atau aku yang meninggalkan beliau.
Karena saat itu pasti datang menghampiri.



Khomsun Arifin
suatu pagi di hari ibu

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Terharu dan Meinspirasikan Sesuatu Hal.

isw_banna mengatakan...

Asalkan bertemu dan berkisah dengan ibu, rasa lelah terobati,
Asalkan bisa kucium kedua tangan beliau, hilang sudah beban di jiwa.
Asalkan bisa menatap wajah beliau yang berhiaskan senyum nan cerah, kan kutempuh perjalanan panjang walaupun penuh perjuangan.


subhanalloh menyentuh akhi

khomsun mengatakan...

@ Anonim :
semoga menginspirasi hal-hal yang baik.

@ mas iswandi :
ternyata perjumpaan langsung dengan orang tua sangat berharga

Posting Komentar