Jumat, 03 Juli 2009

Ga ada gunanya mengeluh…

Namanya aja kereta ekonomi. Ya, yang penting bisa nyampe tujuan dengan selamat. Molornya waktu perjalanan adalah salah satu konsekwensi yang harus ditanggung.

Suasana kusam, lusuh, dan sumpek menghiasi kereta api Brantas yang kutumpangi. Setelah kemarin liburan enam hari di rumah, sekarang saatnya berjuang lagi untuk kuliah dan menatap kegiatan-kegiatan yang sudah merindukanku.

Normalnya sih kereta itu jam 06.00 harusnya sudah sampai di Jatinegara. Tapi sekarang sudah jam 06.30 tapi masih sampai di Cikampek. Padahal nanti jam 08.00 aku ada kuliah dan dosen yang ngajar terkenal galak (kata teman-teman sih!!). kalo diperkirakan perjalanan dari cikampek ke jakarta masih 2-3 jam lagi. Waduh pasti telat hari ini.

Dalam suasana seperti inilah kesabaran, ketenangan, dan sikap khusnudzon diuji. Dalam suasana pengap, bau badan tersebar kemana-mana, kegaduhan pedagang yang berlalu lalang semakin menambah penat pikiran ini. Apalagi jika ditambah dengan beban pikiran bahwa nanti ada kuliah pagi. Wah, pikiran buntu, hati panas, badan pegal mungkin itulah yang aku rasakan. Sulit untuk berpikir positif.

Dalam hati akupun sempat merenung. Dulu aku sering membaca buku dan artikel tentang kesabaran, khusnudzon, dll. Apakah itu sudah aku implementasikan atau belum?

Mungkin melalui kejadian ini Allah Ta’ala memberikan kesempatan padaku untuk berupaya mengimplementasikan apa yang telah kupelajari. Dalam liqo’/mentoring aku sering menasihati teman-teman untuk selalu sabar. Karena aku sering menasihati, konsekwensinya aku sendiri harus bisa lebih sabar dari pada orang lain. Aku harus mencoba lebih dulu.

Dalam kondisi seperti ini, segala umpatan, kemarahan, cacian tidak ada gunanya. Toh, walaupun kita mencaci-caci sampai bibir kita dowerrr, kereta juga ga akan lebih cepat. Walaupun kita marah-marah, kereta juga ga akan bisa terbang. Walaupun kita terus memelototi rel atau ngomeli petugas kereta, kereta juga tetap seperti itu. Dan malah mungkin kita kan balik dimarahi petugas kereta itu. Jadi, nafsu apapun yang kita lakukan, baik itu marah, cacian, umpatan ataupun diam saja hasilnya juga akan sama, kereta melaju seperti biasa, tidak bertambah cepat atau menjadi lambat.

Trus akupun berpikir...

Dari pada aku marah-marah, mendingan berdzikir atau nglakuin hal-hal yang bermanfaat. Kalo tidak bisa, setidaknya tidak menimbulkan potensi dosa bagi diriku. Contohnya tidur.daripada capek-capek marah mendingan tidur. Bener ga? Apalagi kalo kita sempat berdzikir. Itu akan jauh lebih baik.

Yang bisa aku lakukan adalah hanya berharap dan berdoa pada Allah Ta’ala agar kereta bisa selamat sampai tujuan dan aku diizinkan masuk kuliah walaupun terlambat. Allah Ta’ala memberikan ujian ini pasti ada hikmah dan manfaat yang bisa aku ambil. Tidak ada sesuatu yang sia-sia dalam setiap ciptanNya. Itulah yang harus aku tamankan berkhusnudzon pada Allah Ta’ala. Tidak usah mencari-cari kesalahan orang lain. Lakukan saja yang terbaik yang bisa kita lakukan dalam kondisi seperti itu. Dalam situasi seperti ini, ilmu, pengalaman, dan nasihat yang pernah aku pelajari lebih terasa manfaatnya. Dan inilah saat yang tepat untk menerapkannya.

Dengan berbekal kesabaran dan ketenangan, akhirnya jam 08.45 kereta sampai di Jatinegara. Kupanggil abang tukang ojek yang dengan ”beringas” mengantarku ke kos. Setelah beres-beres, akhirnya jam 09.30 akupun berangkat untuk kuliah. Walaupun telat 1,5 jam, aku haruis masuk kuliah.

Kuketok pintu, kuayunkan kakiku melangkah kedalam kelas. Semua mata tertuju padaku seolah-olah mereka ingin menerkamku. Suasana hening sejenak (maklum dosennya lumayan galak). Aku langsung maju kedepan menghadap dosen. Permintaan maaf dan permohonan untuk mengikuti kuliah terlontar dari bibirku dengan susunan kata dan nada yang lembut. Hatiku deg-degan, berdebar. Pikiranku membayangkan kemungkinan terburuk. Alhamdulillah, untungnya dosen tidak marah. Itulah hikmah dan buah dari menjalin silaturahmi(relationship). Karena aku sudah lumayan kenal dekat dengan dosen itu. Sebagai konsekwensi akupun harus nyanyi lagu ”Bendera Merah Putih” dan ”Satu Nusa satu Bangsa”. Yah, setidaknya bisa membangkitkan semangat kebangkitan Nasional.....


khoms 220508

0 komentar:

Posting Komentar