Rabu, 18 November 2009

Aku lebih tahu tentang diri ini

Aku lebih tahu tentang diri ini dari pada orang lain..
Dan Allah lebih tahu segala diri ini dari pada diriku sendiri…

Di luar sana banyak orang menyanjung diri ini…
Ada yang kagum, tertarik, bahkan terinspirasi pada kepribadian dan sifat yang tertanam dalam raga ini.

Aku merasa heran, sempat juga bingung…
Apa yang dikagumi orang dari diri yang hina ini..
Apa tidak salah mereka menyanjung diriku??
Dari sudut mana mereka memandang kelebihanku…


Ku tak mau melayang dalam kebanggaan semu ini. Sanjungan yang tak kuyakini..

Kulahkankan kaki dan kudatangi cerman besar tempat introspeksi diri.
Kutatap satu persatu bagian tubuhku. “biasa-biasa aja”, bisikku lirih.
“tidak ada yang istimewa dalam diriku. “Tampang standard, tubuh ga gede-gede amat, ibadah juga ga ada yang istimewa.”

Kupandangi lagi raga yang bernyawa ini.
Sejenak mata kagum akan maha karya Sang Pencipta. Teliti hingga detil tersembunyi. Tanpa cela dan tanpa hina. Subhanallah

Terbayang dalam pikir, betapa pemurah Allah memberikan kelengkapan organ dan indera pada diriku.

Semakin lama kutatap bayangan dalam cermin, hatikupun ikut berbicara..

Tanganmu indah dan kekar,
Berapa banyak amal yang berawal dari tanganmu. Berapa sering tanganmu megulurkan sedekah pada mereka yang kurang beruntung darimu..
Ataukah kemaksiatan yang menghiasi tangan yang kau banggakan itu

Matamu bulat, hitam dan tajam.
Banyak orang memuji keindahan matamu.
Berapa sering mata itu memandang kalam indah dalam Al Quran,
Ataukah mata itu kau biarkan bergentayangan memandang aurat penuh syahwat…

Mata memang anugerah indah. Dia merupakan potensi kebaikan tak terhingga, tapi juga bisa menjadi jurang kebinasaan jika tak mampu kita jaga.

Hatipun terus menoreksi tindak tanduk setiap bagian tubuhku….
Seberapa banyak gunjingan, gossip, dan suara maksiat menghiasi telingamu..

Seberapa sering kata-kata kotor, caci maki, dan kebohongan keluar dari mulut manismu
Kakimu….
Pikiran kotormu…
Dan inderamu yang lainnya..

Sering diri ini merasa berat mendatangi majelis ilmu atau panggilan shalat.
Sering tubuh ini mencari-cari alas an untuk menolak ajakan kebaikan.
Sering raga ini merekayasa pembenaran-pembenaran untuk melegalkan kemaksiatan.

Kakiku belum beranjak dari cermin introspeksi.
Hatipun semakin menggelora menghakimi tubuhku sendiri.
Tak mampu terhitung, dan tak kuasa tertampung besarnya dosa dan kesalahanku selama ini.

Berhianatkah diriku??

Allah sudah menganugerahkan kelengkapan dan kesempurnaan pada tubuhku, tetapi apa yang bisa kupersembahkan untuk mensyukuri nikmat tak terbayar ini?
Malah, kemaksiatan sering menghiasi keseharianku..

Mana tanggung jawabmu wahai diriku?

Terbayang, betapa enaknya jika Allah tidak mengaruniakan organ-organ ini, sehingga potensi dosa tak sebesar ini.
Tak perlu susah-susah menjaga pandangan.
Tak perlu pusing mengendalikan bibir.
Dan tak perlu khawatir akan kesalahan kaki, tangan, dan organ yang lain.

Aku seperti ini dan inilah diriku.

Aku yakin Allah memberikan yang terbaik bagiku….
Kesempurnaan ini, harus kuperjuangkan sebagai lumbuing kebaikan bagi diriku…

Aku sadar tubuh kekar ini penuh dosa dan salah
Apakah aku akan terus terbelenggu dalam jurang ini?

Kutatap tajam bola mata sosok dalam cermin itu.
Kulihat ada kesungguhan dan kemauan untuk berubah.
Kurasakan getaran menggelora untuk terlepas dari jerat maksiat.

Kukatakan pada sosok itu…
Kamu belum terlambat, janganlah berputus asa.
Ada jalan taubat yang disediakan Allah bagi hambanya yang berlumur dosa.
Karena Allah MAha Pengampun.

Berdoalah pada Allah akan iman, islam, dan kebaikanmu.
Allah pasti mengabulkan doamu.

Makhluk terlaknatpun Allah kabulkan doanya, tatkala iblis meminta tidak dimatikan sampai kiamat dan menggoda manusia.

Engkau tidak sejahat iblis, percayalah…


Kembali ku tersadar……
Senyum optimis terkembang..
Jiwa semangat berkobar.

Masih ada harapan di depan.
Belum terlambat menggapai kebaikan.



Aku lebih tahu diriku dari pada orang lain,
Dan Allah Maha Tahu tentang diriku



Sebuah kisah antara Aku dan Diriku….


Khoms, 181109

0 komentar:

Posting Komentar