Senin, 06 Juli 2009

NAFSU vs PUASA.......ente jagoin yg mana?

jagoin yg mana?

Menahan Gejolak Nafsu dengan Puasa

Puasa adalah salah satu cara dalam mengendalikan nafsu dan syahwat sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Wahai para pemuda, apabila siapa diantara kalian yang telah memiliki ba'ah (kemampuan) maka menikahlah, kerena menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka puasalah, karena puasa itu sebagai pelindung." (HR Muttafaqun 'alaih).

Puasa apa saja, baik yang wajib maupun yang sunnah yang bila dilakukan dengan benar bisa mengendalikan nafsu dan syahwat.

Di antara puasa sunnah adalah

  1. Puasa Senin Kamis yang sangat besar nilai pahalanya.
  2. Puasa Ayyamul Biidh, yaitu puasa tiga hari dalam sebulan setiap tanggal 13, 14 dan 15 (bulan hijriyah).
  3. Puasa Daud, yaitu puasa berselang-seling setiap hari, dll

Puasa Bisa Menahan Nafsu untuk Sementara

Tetapi perlu diingat bahwa puasa ini hanya mengendalikan nafsu dan syahwat untuk sementara saja, bukan menghilangkan atau memusnahkannya. Sebab nafsu dan syahawat itu adalah bagian dari kelengkapan seorang manusia. Tanpa adanya nafsu dan syahwat, maka tidak bisa dikatakan manusia.

"Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS Ali Imran: 14)

Nafsu dan syahwat yang sudah menjadi bagian utuh dari seorang manusia oleh syetan kemudian dikembangkan sehingga menjadi faktor dominan. Syetan dalam misinya akan selalu dan disenantiasa berusaha untuk menggoda keimananan lewat nafsu dan syahwat yang membara. Salah satu caranya adalah dengan membuat tergoda dengan pesona wanita yang bukan haknya. Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syetan. Barang siapa yang mendapatkan hal itu, hendaklah ia mendatangi istrinya karena hal tersebut akan memperlemah perasaan yang ada dalam dirinya." (HR Muslim, Abu Daud dan Tirmidzy).

Imam An-Nawawy ketika mengomentari hadits ini berkata, "Sebuah isyarat kepada hawa nafsu dan mengajak kepada fitnah karena Allah menjadikan dalam jiwa setiap lelaki kecenderungan untuk mencintai wanita, dan rasa nikmat ketika memandanginya. Dalam kondisi itu, baginya wanita seperti menyerupai syetan karena dapat mengajak kepada kejahatan dengan bisikannya."

Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya Allah telah menuliskan bagi anak-anak Adam bagiannya dari zina, ia pasti akan mendapatkanya. Zinanya mata memandang yang diharamkan, zinanya lisan membicarakannya, zinanya jiwa mengharap dan membayangkannya sedangkan kemaluannya akan membenarkan hal tersebut atau mendustakannya." (HR Tirmidzy).

Oleh karena itu, agar anda terhindar dari perbuatan nista dan juga perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mendorong kepada hal tersebut, kita bisa melakukan puasa, karena puasa bisa menghilangkan pengaruh syetan di dalam darah. Puasa juga bisa melemahkan gejolak nafsu di dada. Puasa apa saja dan kapan saja, asal dilakukan dengan benar. Bukan sekedar puasa tidak makan dan tidak minum, tapi mata jelalatan kesana kesini, pikiran melayang dan menghayal tak tentu rimbanya. Puasa yang 'salah teknik' ini umumnya tidak terlalu efektif untuk meredam nafsu dan syahwat.

Ahmad Sarwat, Lc.

0 komentar:

Posting Komentar